Negara Indonesia
dibangun melalui peradaban yang sangat panjang dari zaman kerajaan hingga zaman
modern. Keluarnya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Otonomi
Daerah, telah memberikan warna dalam perkembangan kepemimpinan di Indonesia,
termasuk Sumatera Barat. Golongan pemimpin yang identik dengan golongan tua, di
mana para pemuda kurang diberikan kesempatan untuk dapat memimpin. Namun, patut
untuk disadari bahwa batasan usia tidaklah menjamin kematangan seseorang untuk
lebih maju. Pada dasarnya, pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat
mengemban amanah perjuangan Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan
dalam pembukaan UUD 1945.
Sebagaimana dituangkan dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 40
Tahun 2009 Tentang Kepemudaan menjelaskan bahwa yang dimaksud pemuda adalah
warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Beragam
cara ditunjukkan guna membangkitkan semangat kaum muda Indonesia, cara-cara
tersebut misalnya disebarkan atau dikampanyekan lewat media, iklan misalnya.
Salah satu bukti, entah di sadari atau tidak adalah dengan adanya tayangan
iklan yang menyatakan “belum tua belum boleh bicara”. Ini adalah suatu
bukti teguran untuk para pemuda di Indonesia, sadar atau tidak dengan
tayangan tersebut sebetulnya telah memberikan semangat kepada para pemuda untuk
angkat bicara atau siap menjadi pemimpin dengan bekal ilmu pengetahuan dan
kemampuan intelektualitas dengan tidak melihat kedudukan dan jabatan orang
tuanya. Apalagi banyak dari mereka yang menyandang gelar sarjana
(akademik).
Apabila melihat perjuangan Bangsa Indonesia atau yang dikenal sebagai
masa kejayaan nusantara, justru yang membawa nusantara berjaya kala itu adalah
sosok pemimpin dari seorang pemuda yang mempunyai kemauan keras untuk memajukan
nusantara. Hingga akhirnya bisa membawa nusantara berada dalam puncak kejayaan.
Kata pemuda memiliki beberapa defenisi. Baik ditinjau dari
fisik maupun phisikis akan siapa yang pantas disebut pemuda serta pertanyaan
yang muncul apakah pemuda itu identik dengan semangat atau usia. Terlebih lagi
bila dikaitkan dengan makna hari Sumpah Pemuda.
Sedangkan mengenai pemuda, secara harfiah, kamus Websters, Princeton mengartikan bahwa youth yang
diterjemahkan sebagai pemuda memiliki definisi: (1) a young person,
(2) the time of life between childhood and maturity, (3) early
maturity. Sementara itu, International Youth Year yang
diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai
kelompok pemuda.Sedangkan dalam kerangka usia, WHO menggolongkan usia 10 –
24 tahun sebagai young people, sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan
usia 10 -19 tahun. Sementara menurut KBBI, pemuda diartikan sebagai orang
muda laki-laki, remaja, teruna.Selain itu, al-qur’an juga memberikan
defenisi berbeda tentang pemuda. Dalam kaidah bahasa Qurani pemuda atau yang
disebut “asy-syabab” didefinisikan dalam ungkapan sifat dan sikap seperti:
1.
berani
merombak dan bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem yang rusak. Seperti
kisah pemuda (Nabi) Ibrahim.
2.
memiliki
standar moralitas (iman), berwawasan, bersatu, optimis dan teguh dalam
pendirian serta konsisten dalam dengan perkataan. Seperti tergambar pada kisah
Ash-habul Kahfi (para pemuda penghuni gua3. seorang yang tidak berputus-asa,
pantang mundur sebelum cita-citanya tercapai. Seperti digambarkan pada
pribadi pemuda (Nabi) Musa.
Jadi, dengan demikian dapat disumpulkan bahwa pemuda adalah
sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik
yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dan sifat
lainnya yang disadari dan dilkakukan dengan semangat muda. Kelemahan mecolok
dari seorang pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan
kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa
perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.
Sejarah diartikan dengan kejadian dan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat, tambo. Sejarah mengajarkan
hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai keberhasilan dan kegagalan dari
seseorang atau suatu bangsa, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk
pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang
sejarah. Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan
pentingnya belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol,
George Santayana. Katanya: “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk
untuk mengulanginya”.
1.
Sejarah Kepemudaan Indonesia dan Organisasinya
Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah perjuangan
Bangsa Indonesia,
diperingati tanggal 28 Oktober setiap tahunnya. Namun momen penting ini
tidaklah berdiri sendiri, Sumpah Pemuda lahir sebagai hasil dari serangkaian
perjuangan-perjuangan Bangsa Indonesia
sejak ribuan tahun silam dalam usaha membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
Seperti kita ketahui bersama, sebelum tahun 1928, perjuangan
telah dimulai sejak abad ke-17, dimana waktu itu perlawanan-perlawanan secara
fisik dari berbagai daerah muncul akibat kekejaman dan penindasan kaum
penjajah. Tak heran, perlawanan datang dari berbagai daerah di nusantara ini.
Mulai dari Mataram di tahun 1628 dan 1629, kemudian perlawanan dari daerah
Sulawesi, Ambon, demikian pula di Sumatera.
Perlawanan lainnya pun muncul dengan tujuan yang sama mengusir penjajah dari
bumi Indonesia.
Akan tetapi sangat disayangkan, perjuangan tersebut tidak membawa hasil yang
diharapkan karena politik penjajahan Belanda waktu itu mampu menaklukkan semua
perlawanan. Belanda mampu menaklukkan hampir seluruh wilayah nusantara sehingga
bangsa ini semakin mengalami penderitaan panjang.[9]
Menyadari hal itu, semangat dan jiwa patriotisme yang
dimiliki para pemuda Indonesia
menjadi bekal bagi mereka untuk melakukan perlawanan dalam bentuk lain. Perlawanan
dari pemuda Indonesia
bukan hanya dalam arti fisik, melainkan melalui organisasi pemuda. Pertama,
lahirlah Budi Oetomo yang didirikan pada 20 Mei 1908. Momen ini kemudian
dijadikan sebagai tonggak sejarah kebangkitan pemuda Indonesia
dalam pergerakan kebangsaan Indonesia,
yang kemudian diakui sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tahun 1911 muncul Sarekat Islam yang didirikan oleh HOS
Tjokroaminoto. Setahun kemudian namanya diubah menjadi Sarekat Dagang Islam.
Selain itu di tahun yang sama, berdiri pula Indische Partai yang dipimpin oleh
tiga serangkai yaitu Danudirdja Setia Budi, Ki Hajar Dewantara dan Tjipto
Mangunkusumo. Tujuan politiknya sangat jelas yaitu untuk membebaskan Indonesia dari
penjajahan Belanda. Ketiga tokoh ini kemudian dibuang karena dianggap
membahayakan kelangsungan Pemerintah Hindia Belanda melalui tulisan-tulisannya
yang tajam di surat
kabar. Demikian pula gerakan dan aksi-aksi yang mereka lakukan.[10]
Organisasi-organisasi lain-pun kemudian bermunculan, namun
belum memberikan harapan yang menggembirakan. Mereka tetap tak mampu menghadapi
dan memberikan perlawanan berarti disebabkan perjuangan yang mereka lakukan
masih sendiri-sendiri.
Setelah menyadari
kondisi seperti itu, keadaan pun berubah. Para pemuda kemudian menyatukan diri
dan mengusung rasa kebangsaan yang selama ini belum tersentuh. Hal ini yang
kemudian melahirkan Kongres Pemuda Indonesia I pada tahun 1926. Kala itu
cita-cita persatuan menjadi tujuan utama para pemuda.
Rasa kebangsaan
dan persatuan itu mencapai puncaknya dengan kemunculan pemuda bernama Soekarno,
anggota Jong Java. Ia terus mengobarkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia
sebagai landasan untuk mencapai kemerdekaan. Pemuda yang kemudian terkenal
dengan julukan Bung Karna ini mendasarkan perjuangan mencapai kemerdekaan pada
kekuatan sendiri, anti kapitalisme dan imperialisme serta non-cooperation atau
tak bersedia bekerja sama dengan Hindia Belanda.
Atas prakarsa
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, maka diadakan Kongres Pemuda Indonesia
II di Jakarta pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh berbagai
perhimpunan pemuda yang ada di Indonesia. Dalam sidang ketiga, 28 Oktober 1928
itulah kemudian dicetuskan Sumpah Pemuda yang sangat terkenal hingga sekarang. Dalam
kongres kedua ini juga untuk pertama kalinya Lagu Kebangsaan Indonesia ciptaan
WR. Supratman dilantunkan. Lagu tersebut dilantunkan di hadapan pemuda peserta
kongres dengan iringan biola Wage Rudolf Supratman. Sumpah Pemuda sebagai
tonggak sejarah perjuangan yang bersifat nasional, meliputi seluruh wilayah
nusantara mencapai cita-cita bersama.[11]
Kata-kata keramat
yang dicetuskan dalam Kongres II Pemuda Indonesia tersebut terus mengakar dalam
diri setiap anak bangsa. Perjuangan terus berlanjut, perlawanan terhadap
Pemerintah Hindia Belanda pun tak berhenti hingga mencapai puncak dengan
diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
B. Pemuda dari Masa ke Masa
1. Meneropong Pemuda Masa Lalu
Boedi Oetomo sebagai organisasi yang lahir pada tahun 1908
mengawali kebangkitan Bangsa Indonesia
(Kebangkitan Nasional). Mereka hadir sebagai pemuda-pemudi yang siap berada
digarda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Delapan puluh tiga tahun silam, pemuda-pemudi Indonesia,
putra-putri terbaik bangsa saat itu telah menghasilkan tiga sumpah (janji)
penting yang sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia kearah yang lebih
baik yaitu meraih kemerdekaan.[12] Sumpah tersebut dihasilkan dalam peristiwa
Kongres Pemuda ke-2, di Jakarta, tepatnya di Jalan Kramat Raya no.106, yang
sekarang telah menjadi Museum Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928. Adapun
bunyi Sumpah Pemuda tersebut adalah sebagai berikut:
Kami putra dan putri Indonesia
mengaku, bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Kami
putra dan putri Indonesia mengaku, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia
Ketiga butir
sumpah tersebut merupakan hasil kesepakatan dan keputusan Kongres Pemuda ke-2,
yang masih dalam suasana kolonialisme Hindia Belanda. Namun dengan tekad dan
semangat tinggi, mereka berkumpul dan bersatu dalam rangka perubahan nasib
bangsa Indonesia, sekalipun mereka berasal dari berbagai pelosok wilayah
Indonesia yang satu sama lainnya terpisah dengan jarak yang sangat jauh, lebih
lagi dengan sulitnya transportasi kala itu
Sumpah Pemuda
merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia
dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati
momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran
Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan
tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi
ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda untuk membulatkan
tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia, tekad inilah
yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai
kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Sesuai namanya,
Sumpah Pemuda dirumuskan oleh para pemuda. Mereka kemudian menjadikannya
sebagai dasar untuk membangkitkan rasa nasionalisme. Para pemuda tidak lagi
berjuang sendiri, melainkan bersama-sama. Perlu kita ketahui, Sumpah Pemuda
tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi para pemuda bertekad untuk
bersatu. Mereka berpikir tidak akan bisa membuat Indonesia merdeka jika
berjuang di kelompok sendiri.
Kegagalan dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia membuat mereka sadar bahwa rasa nasionalisme
harus dipadukan. Karena itu, diadakanlah Kongres Pemuda I dan II. Mereka
menjadi satu, menjadi “Pemuda Indonesia”. Semangat persatuan para pemuda dulu harus diikuti
pemuda masa kini. Yaitu, dengan mengisi kemerdekaan. Istilah pemuda atau
generasi muda umumnya dipakai sebagai konsep untuk memberi generalisasi
golongan masyarakat yang berada pada usia paling dinamis, yang membedakan dari
kelompok umur anak-anak dan golongan tua. Sementara secara kultural, pemuda
adalah produk sistem nilai yang mengalami proses pembentukan kesadaran dan
pematangan identitas dirinya sebagai aktor penting perubahan.
Sejarah
kemerdekaan Indonesia telah membuktikannya, perjuangan pemuda mendesak
Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan adalah berkat
perjuangan kaum muda pada saat itu. Kilas balik sejarah, penulis sedikit
mengutip percakapan antara Soekarno-Hatta dan pemuda Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada masa itu yang juga menimbulkan pro
dan kontra antara organisasai pemuda yang diketuai oleh Chaerul Saleh dan
kelompok tua diketuai oleh Bung Karno. Tanggal 15 Agustus 1945 dengan kepala
panas kelompok muda menentang Soekarno dan mendesak agar segera
memproklamasikan kemerdekaan indoesia, namun kelompok tua menolak karena
beranggapan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Negara Indonesia, ”Sekarang
Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !” kata pemuda
Chaerul Saleh demi meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah
siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. ”Kita harus
segera merebut kekuasaan !” tukas Sukarni berapi-api. ”Kami sudah siap
mempertaruhkan jiwa kami !” seru mereka bersahutan. Wikana malah berani
mengancam Soekarno dengan pernyataan; ”Jika Bung Karno tidak
mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu
pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .”
Soekarno langsung
ikut naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata: ”Ini batang
leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu
tidak usah menunggu esok hari !”. Hatta kemudian memperingatkan Wikana; “…
Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan
berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak
setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap
dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak
memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk
melakukan hal itu ?”
Namun, para pemuda
terus mendesak, ”Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu
diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah
dan telah takluk dalam ‘Perang Sucinya ‘!”. ” Mengapa bukan rakyat itu sendiri
yang memproklamasikan kemerdekaannya ? Mengapa bukan kita yang menyatakan
kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?”.
Dengan lirih,
setelah amarahnya reda, Soekarno berkata, “… kekuatan yang segelintir ini
tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara
Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya ? Mana bukti kekuatan
yang diperhitungkan itu ? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan
perempuan dan anak-anak ? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah
diproklamasikan ? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba
bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri “.
Bila menghayati
lebih dalam kutipan percakapan di atas, harus diakui bahwa salah satu pionir
yang paling berperan dalam tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
adalah pemuda. Pemuda merupakan sekelompok orang yang masih terbilang muda
serta memiliki potensi yang beragam. Keberadaannya, tentunya sangat diharapkan
lahirnya potensi-potensi yang berguna bagi bangsa dan negara. Generasi yang
bisa dikatakan sebagai kelompok yang paling memiliki semangat tinggi, semangat
menyala-nyala yang terkadang meluap-luap.
Pemberontakan
Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun 1966 memang berhasil digagalkan
angkatan bersenjata, namun tanpa peran pemuda dan ormas lainnya keberhasilan
ini tentu tidak akan berjalan lancar. Tahun inilah awal berdirinya pemerintahan
orde baru dibawah kekuasaan Soeharto. Pemerintahan Soeharto memang menunjukkan
perkembangan bagi bangsa Indonesia. Kemakmuran rakyat meningkat, kesejahteraan
mulai tampak. Namun kekuasan Soeharto ternyata lebih mengedepankan asas
kekeluargaan, pemerintahan orde baru-pun disebut-sebut sebagai pemerintahan
rapuh dan kropos akhirnya jatuh disaat krisis moneter melanda Indonesia.
Pemuda kembali
unjuk gigi, 32 tahun rezim orde baru berkuasa berhasil diakhiri. Bersatunya
pemuda dan mahasiswa meminta Soeharto mundur terwujud, dan masa otoriter
berakhir kemudian beralih ke masa reformasi. Tahun 1998, awal mula berjalannya
era reformasi. Era ini dianggap sebagai zaman kebebasan bagi rakyat.
2. Pemuda Indonesia Hari Ini
Betapa pentingnya
peran pemuda dalam bagi suatu bangsa. Sebab itulah, pemuda pada dasarnya harus
ada dan mutlak adanya. Sebab pemuda sebenarnya merupakan sosok yang paling
memiliki power untuk mengarungi sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara ke
depan. Pemuda jualah yang menjadi harapan untuk mengkritik setiap-setiap
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan memberikan solusi yang
cerdas untuk mengatasi permasalahan. Pemuda dapat dikatakan sebagai generasi
pelanjut dan pelurus.
Namun ini, dimana
semangat para pemuda itu? Para pemuda sekarang mayoritas hanya diam, peduli
pada nasib masing-masing. Jiwa nasionalis dan sosial seakan memudar. Kalaupun
ada yang peduli pada nasib bangsa ini, jumlahnya tidak lebih besar dari yang
apatis.
Rasa kebangsaan,
persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga dengan jiwa dan semangat Sumpah
Pemuda. Jangan sampai kerja keras para pemuda pada masa perjuangan dahulu
terbuang percuma dengan kondisi Bangsa Indonesia di masa sekarang. Sumpah
Pemuda yang disebut-sebut menjadi adalah salah satu tonggak sejarah yang
penting bagi bangsa Indonesia. Seperti kita telah ketahui, ada tiga butir
penting Sumpah Pemuda, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa
satu. Tiga hal ini merupakan faktor penting bagi negara kita. Bagaimana
semangat pemuda dulu? Bagaimana pula kenyataan pemuda pada masa kini?
Tetapi kini,
terkadang kita dibuat sedih dengan kenyataan para pemuda Indonesia saat ini. Semangat mengisi kemerdekaan mereka sangat
kecil, bahkan kadang malah merusak. Hanya karena sedikit salah paham, para pemuda sekarang bisa tawuran. Tawuran
antar pemuda tidak mengenal lokasi dan tingkat kedewasaan. Pemuda desa yang
satu rusuh dengan pemuda kampung yang lain. Ada juga tawuran antar sekolah dan
antar universitas. Bahkan siswa Sekolah Dasar (SD) mulai menirukan para
kakak-kakak mereka tersebut. Mereka menghancurkan semangat Sumpah Pemuda.
Masalah beberapa
pemuda masa kini, bukan hanya emosi yang tak terkendali. Mereka juga bermental
egois dan asyik dengan diri sendiri tanpa peduli dengan lingkungan. Mereka
menjerumuskan diri ke dalam narkoba, hura-hura, pesta-pora, hingga seks bebas.
Penulis
menyimpulkan, pemuda saat ini terlalu terlena dengan kemudahan-kemudahan yang
ada. Untungnya, tidak semua pemuda zaman sekarang seperti mereka, yang
menghancurkan diri dan bangsanya. Masih banyak generasi penerus bangsa yang
masih peduli dengan lingkungan dan menjunjung tinggi semangat Sumpah Pemuda. Ada
beberapa indikasi sebagai penyebab masalah dikalangan pemuda hari ini:[13]
1. Masih relatif rendahnya tingkat pendidikan
pemuda;
2. Masih relatif tingginya tingkat
pengangguran pemuda;
3. Masih relatif rentan terhadap perilaku
menyimpang di kalangan pemuda (narkoba, sex bebas, pornoaksi, pornografi, dll);
4.
Adanya kecenderungan aktivitas pemuda lebih banyak di kota dari pada di desa;
5. Adanya kecenderungan munculnya perilaku
kekerasan di sebagian kalangan pemuda;
6. Adanya kecenderungan sikap acuh tak acuh
terhadap masalah moral dan akhlaq mulia di sebagian kalangan pemuda;
7. Adanya kecenderungan meredupnya
nasionalisme di sebagian kalangan pemuda;
8. Masih terbatasnya prasarana dan sarana
pembangunan kepemudaan;
9. Belum maksimalnya koordinasi 21
Kementerian dan Lembaga yang mempunyai program kepemudaan.
Namun disisi lain,
tidak semua pemuda seperti itu. Masih ada pemuda Indonesia masa kini yang
berprestasi di bidang pendidikan, olahraga, teknologi, perdamaian, seni, dan
lain-lain. Sebut saja Taufik Hidayat atlet bulutangkis Indonesia yang telah
menorehkan sejarah di tingkat dunia.
Jadi menurut hemat
penulis, kenyataan pemuda saat ini adalah ada yang melupakan semangat Sumpah
Pemuda. Ada pula yang tetap memegang teguh. Yang tetap setia kita dukung dan
mencontohnya. Sementara yang lupa, kita ingatkan agar kembali ke semangat para
pemuda dulu.
Jika pada masa
dulu, kaum penjajah yang memecah belah bangsa Indonesia, bukan tidak mungkin
persatuan dan kesatuan yang selama ini kita bina akan terkoyak oleh ulah bangsa
sendiri. Bahasa Indonesia yang selama ini diakui sebagai bahasa persatuan rusak
justru oleh perilaku bangsa sendiri. Kontras, dengan kondisi dan perjuangan
pemuda zaman dulu yang demi persatuan dan kesatuan bangsa, mereka berani
mengorbankan waktu, tenaga, biaya dan fikiran, bahkan jiwa sekalipun.
Akhirnya, mari
teruslah kita jaga nasionalisme dalam hati kita, dan kita selalu pupuk, agar
menghasilkan karya nyata, sehingga dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan
bangsa yang kita cintai ini, yaitu bangsa Indonesia. Selamat Hari Sumpah
Pemuda, maju terus pemuda Indonesia, raihlah kejayaan bangsa dan negara.
Pemuda dan Pergerakannya
Pemuda Indonesia
dengan gerakan kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cita-cita
bangsa. Di tangan kaum mudalah harapan bangsa dapat terwujud. Bila berkaca pada
sejarah, gerakan pemuda Indonesia
ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang disebut Boedi Oetomo pada tahun
1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai kesepakatan
untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi bangsa yang satu.[14]
Atas desakan para pemuda, akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Moment
ini bertepatan dengan kekalahan Jepang (yang saat itu menjajah Indonesia) pada
perang Dunia II. Tidak hanya sampai disitu, gerakan pemuda berlanjut pada tahun
1966. Kita semua tahu ditahun tersebut dikenal dengan masa revolusi, kaum muda
terlibat secara langsung dan menolak ideologi komunis. Kemudian pada tahun 1974
terjadi gerakan pemuda sebagai reaksi dari kebijakan pemerintah Orde Baru yang
tidak transparan. Puncak gerakan pemuda dari berbagai unsur terjadi pada tahun
1998. Pemuda Indonesia
menolak dengan tegas system pemerintahan otoriter dan menorehkan sejarah dengan
menggulingkan rezim orde baru menjadi era reformasi.
Semua itu merupakan pengukuhan penting terhadap peran kaum
muda dalam memperjuangkan idealism bangsa. Sejak era sebelum kemerdekaan, kaum
muda selalu terdorong untuk melakukan penolakan terhadap ketidakadilan. Pada
masa itu mereka diasah melalui kelompok diskusi atau organisasi kepemudaan
dengan struktur dan mekanisme yang masih sangat sederhana.
Tapi sayang,
setelah era reformasi pemuda terkesan ideologis, pragmatis bahkan
materialistis. Aksi dan gerakannya kurang focus, tidak memiliki visi bersama,
dan bahkan terkotak-kotak. Disebabkan tidak adanya arah yang jelas ataupun
kepedulian terhadap nasib bangsa. Oleh sebab itu diperlukan pengenalan kembali
fungsi dan peran pemuda dalam membangun bangsa, yang sebelumnya tidak pernah
absen menorehkan tinta emas. Perjuangan pemuda pun bergulir sesuai konteks dan
zamannya. Di masa lalu pemuda lebih mengedapankan semangat bela negara untuk
lepas dari tangan penjajah. Namun seiring perjalanan waktu, perkembangan zaman,
dan tuntutan hidup semangat tersebut berubah. Hal ini jelas terlihat melalui
banyaknya pemuda yang memiliki sikap pragmatis dan apolitis. Memang tidak semua
pemuda Indonesia memiliki jiwa yang lemah namun melihat keadaan saat ini,
dikhawatirkan semangat 1928 hilang dari diri para pemuda Indonesia. Hal ini
akan berakibat pada hilangnya jiwa nasionalisme yang berarti hilangnya
kecintaan kepada bangsa dan negara.
Refleksi Diri Pemuda
Refleksi berarti gerakan, pantulan diluar kemauan (kesadaran)
sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar.[15] Pemuda yang
merupakan suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam-macam
harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda
diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan
generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Merefleksikan kembali peristiwa sumpah pemuda yang terjadi 83
tahun silam adalah bagian dari upaya menatap masa depan. Semangat kesatuan
senasib sepenanggungan dan rasa memiliki tanah air menjadi alasan mengapa
tercetusnya momentum sumpah pemuda. Kemudian nasionalisme adalah bekal para
golongan muda masa itu untuk berhimpun dan bersatu dalam peristiwa heroik 28
Oktober 1928.
Peran penting dari seorang pemuda adalah pada kemampuannya
melakukan perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap
sebuah gerakan pemuda. Perubahan menjadi sebuah kata yang memiliki daya magis
yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang mendengarnya, terutama
mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim status quo. Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan
kinerja seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahir sosok
pribadi yang berjiwa optimis. Optimis bahwa hari depan pasti lebih baik.[16]
Lantas apa yang
harus dilakukan pemuda sekarang untuk membuktikan masih tersimpan adanya
semangat Sumpah Pemuda? Cukupkah hanya dengan mengikrarkan Sumpah Pemuda pada
ritual peringatan Sumpah Pemuda? Atau perlu mengadakan Ikrar Sumpah Pemuda
versi ketiga? Jawaban yang pasti ada dalam diri masing-masing pemuda. Apa yang
dapat diberikan pada negara tercinta ini tentu berbeda dengan masa 1928-an.
Bila pada masa itu para pemuda mempertaruhkan nyawa dan raga untuk meraih
kemerdekaan sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan, kita tidak perlu lagi
melakukannya.
Wajar mengapa
golongan muda selalu dielu-elukan sebagai ahli waris estafet perjalanan bangsa
di masa yang akan datang. Sebab, generasi muda adalah yang golongan yang mampu
berdiri atas idealismenya dan berjuang menurut sisi-sisi keidealan.
Saat ini yang
dapat diberikan kepada bangsa adalah prestasi-prestasi membanggakan untuk semua
rakyat Indonesia. Misalnya ikut berpartisipasi dalam perlombaan dalam
kancah-kancah internasional seperti Olimpiade. Sebagai pemuda Indonesia kita
harus bangga hidup di Indonesia dan harus tetap mempertahankan jiwa-jiwa
nasionalisme dan cinta tanah air. Siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan
para pahlawan bangsa kalau bukan kita sebagai pemuda Indonesia?
Solusi dan Tantangan
Pemuda Saat ini
Saat ini peran pemuda mendapat tantangan dari berbagai macam
bentuk, pemuda saat ini di tantang dengan kondisi zaman yang semakin bebas dan
tidak terkendali. Sehingga pengaruh
lingkungan mampu mengarahkan pemuda ke arah yang tidak produktif. Globalisasi
yang semakin bebas saat ini membuat para pemuda terbuai untuk menikmatinya
kedalam aktivitas yang membuang-buang waktu. Contoh seperti bergaya seperti
budaya barat, gemar bermain di club malam dan discotik, serta aktivitas
lainnya. Selain itu, saat ini pemuda kebanyakan memiliki kemauan yang rendah
untuk mendidik diri serta mengggali potensi diri yang ada. Pemuda juga belum
memiliki sebuah visi dan kemauan yang kuat untuk berbuat kepada masyarakat dan
bangsa. Banyak pemuda yang diberikan kesempatan untuk duduk di perguruan
tinggi, tapi menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermafaat. Perguruan
tinggi terkadang dimanfaatkan hanya untuk mendapat gelar sarjana.
Mengahadapi
situasi dan kondisi yang melemahkan pergerakan pemuda saat ini, harus ada upaya
dari para pemuda demi membuktika masih tersimpan adanya semangat Sumpah Pemuda.
Tidaklah cukup hanya dengan mengikrarkan Sumpah Pemuda pada ritual peringatan
Sumpah Pemuda saja, atau perlu mengadakan Ikrar Sumpah Pemuda versi-versi
selanjutnya. Jawaban yang pasti itu ada dalam diri masing-masing pemuda. Apa
yang dapat diberikan pada Indonesia, memang tidak sama dan tentu berbeda dengan
masa 1928-an. Bila pada masa itu para pemuda mempertaruhkan nyawa dan raga
untuk meraih kemerdekaan sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan, maka kita
tidak perlu lagi melakukannya.
Saat ini yang
dapat diberikan kepada bangsa adalah prestasi-prestasi membanggakan untuk semua
rakyat Indonesia. Misalnya ikut berpartisipasi dalam perlombaan dalam
kancah-kancah internasional seperti Olimpiade. Sebagai pemuda Indonesia kita
harus bangga hidup di Indonesia dan harus tetap mempertahankan jiwa-jiwa
nasionalisme dan cinta tanah air.
Beberapa kalangan
menganggap pemuda saat ini bermental pragmatis. Ada pula yang menyebut makin
terkikisnya spirit nasionalisme, anak muda cenderung cuek, apatis dan senang
mencari jalan pintas (instan). Mereka saat ini dianggap lemah, kurang
gigih dan kehilangan identitas diri. Belum lagi jika harus dirunut masalah lain
seperti kasus tawuran, konflik, pergaulan bebas, pengguna narkoba,
lemahnya daya saing hingga angka pengangguran yang cukup besar.[17]
Menurut penulis,
kritikan diatas memang wajar, mengingat fakta yang ada saat ini. Kritikan itu
itu diperlukan agar menjadi pemacu bagi kaum muda saat ini untuk bangkit. Berkaca
pada sejarah, bandingkan dengan torehan tinta emas generasi tempo dulu. Dimana
pemuda Indonesia berikrar dalam sebuah sumpah yang begitu mempesona.
Lantas
pertanyaannya, dimana pemuda hari ini, disaat bangsa menghadapi kepungan
masalah. Sebenarnya ada poin progresif dalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2009
tentang Kepemudaan. Dalam konteks UU diatas, terdapat 3 isu strategis yang
dapat dipahami dalam pembangunan pemuda yaitu program penyadaran, pemberdayaan
dan pengembangan pemuda. Penyadaran pemuda adalah kegiatan yang diarahkan untuk
memahami dan menyikapi perkembangan dan perubahan lingkungan. Pemberdayaan
pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. Sedangkan
pengembangan pemuda diprioritas melalui pengembangan kepemimpinan,
kewirausahaan dan kepeloporan.
Memasuki abad dua
puluh satu, kenyataan yang berkembang ditengah masyarakat, terjadinya lonjakan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat. Hal itu ditandai
dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi. Suatu gejala yang disebut
dengan arus globalisasi. Era globalisasi disadari mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan suatu bangsa, termasuk kemajuan pendidikan dikalangan pemuda. Tidak
semua perkembangan itu memberikan hasil positif, namun juga berdampak negatif. Karena
globalisasi juga membawa perubahan perilaku, terutama pada
generasi muda (para remaja). Dunia remaja disibukkan dengan hal yang tidak
menggembirakan.
Menyikapi polemik
yang terjadi ditengah-tengah pemuda hari ini, ada beberapa hal yang perlu
ditelaah dan dilakukan demi mengarahkan pemuda kepada pencapaian prestasi, dengan
membentuk generasi masa depan. Generasi muda akan menjadi aktor utama dalam
pentas dunia. Karena itu, generasi muda (remaja) harus dibina dengan budaya
yang kuat berintikan nilai-nilai dinamik yang relevan dengan realiti kemajuan
di era globalisasi.[18]
Perkembangan
bangsa ke depan banyak ditentukan oleh peranan remaja/pemuda sebagai generasi
penerus dan pewaris. Kita memerlukan generasi yang handal, dengan
beberapa sikap:[19]
1. daya kreatif dan innovatif, dipadukan
dengan kerja sama berdisiplin,
2. kritis dan dinamis, memiliki vitalitas
tinggi,
3. tidak mudah terbawa arus, sanggup
menghadapi realita baru di era kesejagatan.
4. memahami nilai‑nilai budaya luhur,
5.
siap bersaing dalam knowledge based society,
6.
punya jati diri yang jelas, hakekatnya adalah generasi
yang menjaga destiny,
7.
individu yang berakhlak berpegang pada nilai-nilai
mulia iman dan taqwa,
8.
motivasi yang bergantung kepada Allah, yang patuh dan
taat beragama akan berkembang secara pasti menjadi agen perubahan,
9.
memahami dan mengamalkan nilai‑nilai ajaran Islam
sebagai kekuatan spritual, yang memberikan motivasi emansipatoris dalam
mewujudkan sebuah kemajuan fisik‑material, tanpa harus mengorbankan nilai‑nilai
kemanusiaan.
Pemuda harus sadar
bahwa masa depan bangsa dan kepemimpinan negara berada di tangannya. Karena
asas Kepemimpinan adalah kesadaran dan kemauan. Sikap dan ciri pemimpin yang
baik adalah:[20]
1. Berilmu, berakhlak, berintegritas,
professional, dan pandai
2.
Dapat membuat keputusan dan bertangguing jawab atas
keputusannya.
3. Dapat mempengaruhi bukan dipengaruhi dan
mampu menjadi contoh
4.
Bersedia mendengar masukan dan kritik
5.
Bisa memberi semangat dan motivasi
Selain itu, pembentukan karekter pemuda juga akan member
dampak positif dalam perkembaganannya, dalam bentuk:
1. Masa depan sebuah bangsa ditentukan
karakter pemuda. Sangat jelas dalam ingatan dan sangat dalam tertanam dalam
jiwa bahwa pemuda harapan bangsa. Karena ungkapan itu disampaikan berulang
ulang dari dulu sampai sekarang. Apalagi kesadaran itu juga diperkuat dengan
fakta sejarah yang menunjukkan bahwa momentum momentum penting pergerakan
sejarah bangsa tidak lepas dari peran pemuda yang sangat signifikan, mulai dari
kebangkitan nasional, proklamasi kemerdekaan, orde baru, sampai orde
reformasi..
2. Beberapa fakta menunjukkan bahwa kemajuan
suatu bangsa tidak selalu ditentukan usia bangsa, sumber daya alamnya, atau
rasnya. Kita tentu bisa melihat Australia yang usianya jauh lebih muda dari
Yunani, tetapi soal kemajuan bangsa jelas Australia jauh lebih unggul.
3. Kita juga bisa melihat Indonesia, negeri
kita tercinta, yang jauh lebih kaya sumber daya alamnya daripada jepang, tetapi
bicara tentang kemajuan, kita jelas ketinggalan.
4. Bukti tentang ras ditunjukkan dengan
sangat jelas, dengan mulai melesatnya bangsa bangsa asia, seperti India dan cina
yang telah melampaui kemajuan negara negara sebagian eropa. Tentu saja kemajuan
bangsa dalam hal ini ditandai dengan kemajuan ekonomi, teknologi, pendidikan
dan kesehatan.
Pendidikan
khususnya olah raga memiliki peluang yang sangat memungkinkan untuk membantuk
karakter generasi bangsa. Selain membentuk dan membina sisi jasmaniah, olah
raga merupakan media efektif untuk membina karakter. Menurut teori Piaget,
aktivitas jasmani sendiri termasuk gerak di dalamnya merupakan akar dari
pertumbuhan proses dan struktur psikologis. Satu-satunya kondisi yang
menyebabkan kejahatan dan hal-hal buruk merajalela adalah ketika orang
baik-baik tidak melakukan apa-apa.[22]
Jadi, penulis
menyimpulkan bahwa semestinya kaum muda harus berani bersikap merombak watak
budaya politik yang menjadikan kekuasaan dan uang sebagai tujuan. Pemuda juga
harus memperkuat komitmen penegakan hukum dan memfungsikan partai politik dan
badan legislatif sebagai arena perjuangan kepentingan rakyat. Selanjutnya
pemuda juga harus membantu dan mendorong birokrasi yang bersih, profesional,
dan berorientasi pada pelayanan. Upaya generasi muda juga dilandasi dengan ilmu
pengetahuan dan sikap atau kepribadian yang baik dan diiringi peran serta
dukungan pemerintah.
Peran Pemuda Sumatera
Barat dalam Pembangunan Daerah
Disaat kondisi
bangsa seperti saat ini peranan generasi muda sebagai pilar penggerak, pengawal
jalannya reformasi, dan pembangunan sangat diharapkan. Dengan organisasi dan
jaringannya yang luas, pemuda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk
mengawal jalannya reformasi dan pembangunan. Permasalahan yang dihadapi saat
ini, justru banyak generasi muda atau pemuda yang mengalami disorientasi,
dislokasi, dan terlibat pada kepentingan politik praktis. Seharusnya melalui
generasi muda terlahir inspirasi untuk mengatasi berbagai kondisi dan
permasalahan yang yang ada. Generasi muda yang mendominasi populasi penduduk
Indonesia saat ini, mesti mengambil peran sentral dalam berbagai bidang untuk
membangun bangsa dan Negara.
Masyarakat
membutuhkan peran serta pemuda untuk kemajuan bersama. Pemuda adalah tulang
punggung masyarakat. Generasi tua memilki keterbatasan untuk memajukan bangsa. Generasi muda harus mengambil peranan yang
menentukan dalam hal ini. Dengan semangat menyala-nyala dan tekad yang membaja
serta visi dan kemauan untuk menerima perubahan yang dinamis pemuda menjadi
motor bagi pembangunan masyarakat.
Keluarnya
Undang-undang no 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, menunjukkan bahwa ini
merupakan salah satu UU sebagai rangkaian dari kebijakan pelaksanaan Otonomi
Daerah, dan sebagainya. Jika otonomi dijalankan maka banyak segi positif yang
didapat di antaranya masyarakat bisa-bisa menentukan menentukan kebijakan
sendiri untuk pengelolaan wilayahnya, sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan
identitas dan ciri khas wilayahnya, aspirasi masyarakat lebih terserap dan
mudah untuk diikuti sertakan secara langsung. Namun ada banyak tuntutan yang
harus dipenuhi untuk pelaksanaan prinsip otonomi daerah ini. Antara lain
pemahaman masyarakat tentang otonomi itu sendiri, pilihan secara sadar dari
masyarakat akan posisi mereka dan peran mereka dalam pembangunan, sumber daya
manusia sebagai pelaksana dan sumber dana untuk biaya pelaksanaan pembangunan
masyarakat.
Bagi masyarakat
kata kunci dari otonomi daerah adalah ‘partisipasi’ dan lebih jelas lagi
partisipasi ini adalah partisipasi dalam tataran ide atau prakarsa selanjutnya
baru pada tahap pelaksanaan dan pengawasan. Salah satu pilar kekuatan bangsa
dalam melanjutkan cita-cita dan arah implementasi pembangunan, adalah
ikutsertanya peran pemuda dalam mengisi pembangunan tersebut. Namun peran serta
itu tidak akan berarti apabila mental pemuda terpampang citra buruk.
Diantaranya keterlibatan pemuda dalam aksi teror dan tindakan radikal.
Ke depan, kiprah
pemuda berlatar aktivis-intelektual-entrepreneur akan makin banyak masuk dalam
kekuasaan. Kekhawatiran atas kiprah mereka amat wajar, mengingat iklim
perselingkuhan “uang dan kekuasaan” yang dilakoni jenis elite
“penguasa-pengusaha” itu kini tengah mendominasi wacana dan praktik politik
mutakhir di Indonesia. Pemuda sejatinya bisa menjawab tantangan dan kebutuhan
zamannya, yaitu menuntaskan agenda reformasi yang terus tertunda.
Pembangunan di
Sumatera Barat tentunya berupaya menciptakan fasilitas umum yang mampu
menunjang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah
mencanangkan beberapa program kerja demi mencapai dan mewujudkan hal tersebut.
Menurut Adib
Alfikri, Ketua KNPI Sumbar, “sejarah telah mencatat bahwa perubahan yang
dialami bangsa ini, tidak terlepas dari peran serta dari para pemuda. Makanya
disetiap event yang ada, pemuda harus selalu siap tampil terdepan untuk
menciptakan sebuah perubahan. Daerah yang tidak melibatkan pemuda dalam
pembangunan, maka yakin daerah tidak menghasilkan pembangunan sesuai yang
diharapkan. Kurangnya peran pemuda ikut serta dalam membangun daerah, karena
belum dibukanya ruang seluas-luasnya kepada pemuda untuk berinovasi dan
berkarya minimal ikut memberikan kontribusi pemikiran dalam membangun daerah ke
arah yang lebih baik.
Peran serta pemuda
dalam pembangunan daerah akan sangat terasa bila hal itu terwujud. Betapa
tidak, pemuda mempunyai power yang dapat mengarahkan dan mengendalikan situasi
jika ia berbuat. Bila potensi itu dituangkan dalam bentuk partisipasi terhadap
upaya pemerintah dalam pembangunan daerah.
Mengoptimalkn peranan Pemuda dalam Pembangunan daerah adalah
bentuknya, pemuda selalu menempati peran strategis dari setiap
peristiwa penting, bahkan dapat dikatakan pemuda menjadi tulang punggung
perjuangan melawan penjajahan. Selain sebagai pengontrol independen terhadap
segala kebijakan yang dibuat pemerintah, pemuda juga Indonesia juga aktif melakukan
kritik, peran yang disandang pemuda sebagai agen perubahan dan agen kontrol
sosial masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda. Pemuda
memiliki idealisme yang murni, dinamis, kreatif, inovatif dan memiliki energi
besar bagi perubahan sosial. Selain itu, melihat batasan usia seseorang
dikatakan pemuda berkisar 16-30 tahun membuat pemuda mempunyai peluang besar
untuk menempati posisi strategis dan penting sebagai pelaku pembangunan mauoun
generasi penerus dimasa datang.
Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat mengimbau para pemuda
mengembangkan jiwa kewirausahaan sehingga dapat berbuat dalam membantu
pembangunan daerah maupun nasional. Pemuda juga harus memupuk sikap disiplin
dan berakhlak baik serta menjauhkan diri dari berbagai penyakit sosial. “Kalau
pemuda menegakkan disiplin, yakinlah dalam menjalankan usaha akan berhasil,”
pemuda Sumbar masih memiliki peran bagus di tengah-tengah masyarakat. Tapi,
tetap masih ada yang perlu ditingkatkan, khususnya karater berusaha, sehingga
mengurangi pengangguran. Langkah menuju Indonesia berdaya saing dan
bermartabat sangat tergantung pada karakter pemuda yang kokoh. Karakter yang
kokoh dicirikan semangat patriotik, jiwa nasionalis, jati diri yang mengakar
dan berwawasan luas serta kecerdasan yang mencerahkan.