Sabtu, 15 September 2012

GERAKAN PEMUDA MASA LALU DAN KINI



Negara Indonesia dibangun melalui peradaban yang sangat panjang dari zaman kerajaan hingga zaman modern. Keluarnya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Otonomi Daerah, telah memberikan warna dalam perkembangan kepemimpinan di Indonesia, termasuk Sumatera Barat. Golongan pemimpin yang identik dengan golongan tua, di mana para pemuda kurang diberikan kesempatan untuk dapat memimpin. Namun, patut untuk disadari bahwa batasan usia tidaklah menjamin kematangan seseorang untuk lebih maju. Pada dasarnya, pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat mengemban amanah perjuangan Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
  Sebagaimana dituangkan dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan menjelaskan bahwa yang dimaksud pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Beragam cara ditunjukkan guna membangkitkan semangat kaum muda Indonesia, cara-cara tersebut misalnya disebarkan atau dikampanyekan lewat media, iklan misalnya. Salah satu bukti, entah di sadari atau tidak adalah dengan adanya tayangan iklan yang menyatakan “belum tua belum boleh bicara”. Ini adalah suatu bukti teguran untuk para pemuda di Indonesia, sadar atau tidak dengan tayangan tersebut sebetulnya telah memberikan semangat kepada para pemuda untuk angkat bicara atau siap menjadi pemimpin dengan bekal ilmu pengetahuan dan kemampuan intelektualitas dengan tidak melihat kedudukan dan jabatan orang tuanya. Apalagi  banyak dari mereka yang menyandang gelar sarjana (akademik).
Apabila melihat perjuangan Bangsa Indonesia atau yang dikenal sebagai masa kejayaan nusantara, justru yang membawa nusantara berjaya kala itu adalah sosok pemimpin dari seorang pemuda yang mempunyai kemauan keras untuk memajukan nusantara. Hingga akhirnya bisa membawa nusantara berada dalam puncak kejayaan.
Kata pemuda memiliki beberapa defenisi. Baik ditinjau dari fisik maupun phisikis akan siapa yang pantas disebut pemuda serta pertanyaan yang muncul apakah pemuda itu identik dengan semangat atau usia. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan makna hari Sumpah Pemuda.
Sedangkan mengenai pemuda, secara harfiah, kamus Websters, Princeton mengartikan bahwa youth yang diterjemahkan sebagai pemuda memiliki definisi: (1) a young person, (2) the time of life between childhood and maturity, (3) early maturity. Sementara itu, International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.Sedangkan dalam kerangka usia, WHO menggolongkan usia 10 – 24 tahun sebagai young people, sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan usia 10 -19 tahun. Sementara menurut KBBI, pemuda diartikan sebagai orang muda laki-laki, remaja, teruna.Selain itu, al-qur’an juga memberikan defenisi berbeda tentang pemuda. Dalam kaidah bahasa Qurani pemuda atau yang disebut “asy-syabab” didefinisikan dalam ungkapan sifat dan sikap seperti:
1.      berani merombak dan bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem yang rusak. Seperti kisah pemuda (Nabi) Ibrahim.
2.      memiliki standar moralitas (iman), berwawasan, bersatu, optimis dan teguh dalam pendirian serta konsisten dalam dengan perkataan. Seperti tergambar pada kisah Ash-habul Kahfi (para pemuda penghuni gua3. seorang yang tidak berputus-asa, pantang mundur sebelum cita-citanya tercapai. Seperti digambarkan pada pribadi pemuda (Nabi) Musa.
Jadi, dengan demikian dapat disumpulkan bahwa pemuda adalah sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dan sifat lainnya yang disadari dan dilkakukan dengan semangat muda. Kelemahan mecolok dari seorang pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.
Sejarah diartikan dengan kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat, tambo. Sejarah mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai keberhasilan dan kegagalan dari seseorang atau suatu bangsa, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya”.
1.                  Sejarah Kepemudaan Indonesia dan Organisasinya
Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, diperingati tanggal 28 Oktober setiap tahunnya. Namun momen penting ini tidaklah berdiri sendiri, Sumpah Pemuda lahir sebagai hasil dari serangkaian perjuangan-perjuangan Bangsa Indonesia sejak ribuan tahun silam dalam usaha membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
Seperti kita ketahui bersama, sebelum tahun 1928, perjuangan telah dimulai sejak abad ke-17, dimana waktu itu perlawanan-perlawanan secara fisik dari berbagai daerah muncul akibat kekejaman dan penindasan kaum penjajah. Tak heran, perlawanan datang dari berbagai daerah di nusantara ini. Mulai dari Mataram di tahun 1628 dan 1629, kemudian perlawanan dari daerah Sulawesi, Ambon, demikian pula di Sumatera. Perlawanan lainnya pun muncul dengan tujuan yang sama mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Akan tetapi sangat disayangkan, perjuangan tersebut tidak membawa hasil yang diharapkan karena politik penjajahan Belanda waktu itu mampu menaklukkan semua perlawanan. Belanda mampu menaklukkan hampir seluruh wilayah nusantara sehingga bangsa ini semakin mengalami penderitaan panjang.[9]
Menyadari hal itu, semangat dan jiwa patriotisme yang dimiliki para pemuda Indonesia menjadi bekal bagi mereka untuk melakukan perlawanan dalam bentuk lain. Perlawanan dari pemuda Indonesia bukan hanya dalam arti fisik, melainkan melalui organisasi pemuda. Pertama, lahirlah Budi Oetomo yang didirikan pada 20 Mei 1908. Momen ini kemudian dijadikan sebagai tonggak sejarah kebangkitan pemuda Indonesia dalam pergerakan kebangsaan Indonesia, yang kemudian diakui sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tahun 1911 muncul Sarekat Islam yang didirikan oleh HOS Tjokroaminoto. Setahun kemudian namanya diubah menjadi Sarekat Dagang Islam. Selain itu di tahun yang sama, berdiri pula Indische Partai yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu Danudirdja Setia Budi, Ki Hajar Dewantara dan Tjipto Mangunkusumo. Tujuan politiknya sangat jelas yaitu untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Ketiga tokoh ini kemudian dibuang karena dianggap membahayakan kelangsungan Pemerintah Hindia Belanda melalui tulisan-tulisannya yang tajam di surat kabar. Demikian pula gerakan dan aksi-aksi yang mereka lakukan.[10]
Organisasi-organisasi lain-pun kemudian bermunculan, namun belum memberikan harapan yang menggembirakan. Mereka tetap tak mampu menghadapi dan memberikan perlawanan berarti disebabkan perjuangan yang mereka lakukan masih sendiri-sendiri.
Setelah menyadari kondisi seperti itu, keadaan pun berubah. Para pemuda kemudian menyatukan diri dan mengusung rasa kebangsaan yang selama ini belum tersentuh. Hal ini yang kemudian melahirkan Kongres Pemuda Indonesia I pada tahun 1926. Kala itu cita-cita persatuan menjadi tujuan utama para pemuda.
Rasa kebangsaan dan persatuan itu mencapai puncaknya dengan kemunculan pemuda bernama Soekarno, anggota Jong Java. Ia terus mengobarkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai landasan untuk mencapai kemerdekaan. Pemuda yang kemudian terkenal dengan julukan Bung Karna ini mendasarkan perjuangan mencapai kemerdekaan pada kekuatan sendiri, anti kapitalisme dan imperialisme serta non-cooperation atau tak bersedia bekerja sama dengan Hindia Belanda.
Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, maka diadakan Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh berbagai perhimpunan pemuda yang ada di Indonesia. Dalam sidang ketiga, 28 Oktober 1928 itulah kemudian dicetuskan Sumpah Pemuda yang sangat terkenal hingga sekarang. Dalam kongres kedua ini juga untuk pertama kalinya Lagu Kebangsaan Indonesia ciptaan WR. Supratman dilantunkan. Lagu tersebut dilantunkan di hadapan pemuda peserta kongres dengan iringan biola Wage Rudolf Supratman. Sumpah Pemuda sebagai tonggak sejarah perjuangan yang bersifat nasional, meliputi seluruh wilayah nusantara mencapai cita-cita bersama.[11]
Kata-kata keramat yang dicetuskan dalam Kongres II Pemuda Indonesia tersebut terus mengakar dalam diri setiap anak bangsa. Perjuangan terus berlanjut, perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda pun tak berhenti hingga mencapai puncak dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
  B. Pemuda dari Masa ke Masa
1. Meneropong Pemuda Masa Lalu
Boedi Oetomo sebagai organisasi yang lahir pada tahun 1908 mengawali kebangkitan Bangsa Indonesia (Kebangkitan Nasional). Mereka hadir sebagai pemuda-pemudi yang siap berada digarda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Delapan puluh tiga tahun silam, pemuda-pemudi Indonesia, putra-putri terbaik bangsa saat itu telah menghasilkan tiga sumpah (janji) penting yang sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia kearah yang lebih baik yaitu meraih kemerdekaan.[12] Sumpah tersebut dihasilkan dalam peristiwa Kongres Pemuda ke-2, di Jakarta, tepatnya di Jalan Kramat Raya no.106, yang sekarang telah menjadi Museum Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928. Adapun bunyi Sumpah Pemuda tersebut adalah sebagai berikut:
Kami putra dan putri Indonesia mengaku, bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia
Ketiga butir sumpah tersebut merupakan hasil kesepakatan dan keputusan Kongres Pemuda ke-2, yang masih dalam suasana kolonialisme Hindia Belanda. Namun dengan tekad dan semangat tinggi, mereka berkumpul dan bersatu dalam rangka perubahan nasib bangsa Indonesia, sekalipun mereka berasal dari berbagai pelosok wilayah Indonesia yang satu sama lainnya terpisah dengan jarak yang sangat jauh, lebih lagi dengan sulitnya transportasi kala itu
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Sesuai namanya, Sumpah Pemuda dirumuskan oleh para pemuda. Mereka kemudian menjadikannya sebagai dasar untuk membangkitkan rasa nasionalisme. Para pemuda tidak lagi berjuang sendiri, melainkan bersama-sama. Perlu kita ketahui, Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi para pemuda bertekad untuk bersatu. Mereka berpikir tidak akan bisa membuat Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri.
Kegagalan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia membuat mereka sadar bahwa rasa nasionalisme harus dipadukan. Karena itu, diadakanlah Kongres Pemuda I dan II. Mereka menjadi satu, menjadi “Pemuda Indonesia”. Semangat persatuan para pemuda dulu harus diikuti pemuda masa kini. Yaitu, dengan mengisi kemerdekaan. Istilah pemuda atau generasi muda umumnya dipakai sebagai konsep untuk memberi generalisasi golongan masyarakat yang berada pada usia paling dinamis, yang membedakan dari kelompok umur anak-anak dan golongan tua. Sementara secara kultural, pemuda adalah produk sistem nilai yang mengalami proses pembentukan kesadaran dan pematangan identitas dirinya sebagai aktor penting perubahan.
Sejarah kemerdekaan Indonesia telah membuktikannya, perjuangan pemuda mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan adalah berkat perjuangan kaum muda pada saat itu. Kilas balik sejarah, penulis sedikit mengutip percakapan antara Soekarno-Hatta dan pemuda Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada masa itu yang juga menimbulkan pro dan kontra antara organisasai pemuda yang diketuai oleh Chaerul Saleh dan kelompok tua diketuai oleh Bung Karno. Tanggal 15 Agustus 1945 dengan kepala panas kelompok muda menentang Soekarno dan mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan indoesia, namun kelompok tua menolak karena beranggapan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Negara Indonesia, ”Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !” kata pemuda Chaerul Saleh demi meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. ”Kita harus segera merebut kekuasaan !” tukas Sukarni berapi-api. ”Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !” seru mereka bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan;  ”Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .”
Soekarno langsung ikut naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata: ”Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !”. Hatta kemudian memperingatkan Wikana; “… Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu ?”
Namun, para pemuda terus mendesak, ”Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam ‘Perang Sucinya ‘!”. ” Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memproklamasikan kemerdekaannya ? Mengapa bukan kita yang menyata­kan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?”.
Dengan lirih, setelah amarahnya reda, Soekarno berkata, “… kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya ? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak ? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan ? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri “.
Bila menghayati lebih dalam kutipan percakapan di atas, harus diakui bahwa salah satu pionir yang paling berperan dalam tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara adalah pemuda. Pemuda merupakan sekelompok orang yang masih terbilang muda serta memiliki potensi yang beragam. Keberadaannya, tentunya sangat diharapkan lahirnya potensi-potensi yang berguna bagi bangsa dan negara. Generasi yang bisa dikatakan sebagai kelompok yang paling memiliki semangat tinggi, semangat menyala-nyala yang terkadang meluap-luap.
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun 1966 memang berhasil digagalkan angkatan bersenjata, namun tanpa peran pemuda dan ormas lainnya keberhasilan ini tentu tidak akan berjalan lancar. Tahun inilah awal berdirinya pemerintahan orde baru dibawah kekuasaan Soeharto. Pemerintahan Soeharto memang menunjukkan perkembangan bagi bangsa Indonesia. Kemakmuran rakyat meningkat, kesejahteraan mulai tampak. Namun kekuasan Soeharto ternyata lebih mengedepankan asas kekeluargaan, pemerintahan orde baru-pun disebut-sebut sebagai pemerintahan rapuh dan kropos akhirnya jatuh disaat krisis moneter melanda Indonesia.
Pemuda kembali unjuk gigi, 32 tahun rezim orde baru berkuasa berhasil diakhiri. Bersatunya pemuda dan mahasiswa meminta Soeharto mundur terwujud, dan masa otoriter berakhir kemudian beralih ke masa reformasi. Tahun 1998, awal mula berjalannya era reformasi. Era ini dianggap sebagai zaman kebebasan bagi rakyat.
 2. Pemuda Indonesia Hari Ini
Betapa pentingnya peran pemuda dalam bagi suatu bangsa. Sebab itulah, pemuda pada dasarnya harus ada dan mutlak adanya. Sebab pemuda sebenarnya merupakan sosok yang paling memiliki power untuk mengarungi sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara ke depan. Pemuda jualah yang menjadi harapan untuk mengkritik setiap-setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan memberikan solusi yang cerdas untuk mengatasi permasalahan. Pemuda dapat dikatakan sebagai generasi pelanjut dan pelurus.
Namun ini, dimana semangat para pemuda itu? Para pemuda sekarang mayoritas hanya diam, peduli pada nasib masing-masing. Jiwa nasionalis dan sosial seakan memudar. Kalaupun ada yang peduli pada nasib bangsa ini, jumlahnya tidak lebih besar dari yang apatis.
Rasa kebangsaan, persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda. Jangan sampai kerja keras para pemuda pada masa perjuangan dahulu terbuang percuma dengan kondisi Bangsa Indonesia di masa sekarang. Sumpah Pemuda yang disebut-sebut menjadi adalah salah satu tonggak sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia. Seperti kita telah ketahui, ada tiga butir penting Sumpah Pemuda, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu. Tiga hal ini merupakan faktor penting bagi negara kita. Bagaimana semangat pemuda dulu? Bagaimana pula kenyataan pemuda pada masa kini?
Tetapi kini, terkadang kita dibuat sedih dengan kenyataan para pemuda Indonesia saat ini. Semangat mengisi kemerdekaan mereka sangat kecil, bahkan kadang malah merusak. Hanya karena sedikit salah paham, para pemuda sekarang bisa tawuran. Tawuran antar pemuda tidak mengenal lokasi dan tingkat kedewasaan. Pemuda desa yang satu rusuh dengan pemuda kampung yang lain. Ada juga tawuran antar sekolah dan antar universitas. Bahkan siswa Sekolah Dasar (SD) mulai menirukan para kakak-kakak mereka tersebut. Mereka menghancurkan semangat Sumpah Pemuda.
Masalah beberapa pemuda masa kini, bukan hanya emosi yang tak terkendali. Mereka juga bermental egois dan asyik dengan diri sendiri tanpa peduli dengan lingkungan. Mereka menjerumuskan diri ke dalam narkoba, hura-hura, pesta-pora, hingga seks bebas.
Penulis menyimpulkan, pemuda saat ini terlalu terlena dengan kemudahan-kemudahan yang ada. Untungnya, tidak semua pemuda zaman sekarang seperti mereka, yang menghancurkan diri dan bangsanya. Masih banyak generasi penerus bangsa yang masih peduli dengan lingkungan dan menjunjung tinggi semangat Sumpah Pemuda. Ada beberapa indikasi sebagai penyebab masalah dikalangan pemuda hari ini:[13]
1.      Masih relatif rendahnya tingkat pendidikan pemuda;
2.      Masih relatif tingginya tingkat pengangguran pemuda;
3.      Masih relatif rentan terhadap perilaku menyimpang di kalangan pemuda (narkoba, sex bebas, pornoaksi, pornografi, dll);
4.      Adanya kecenderungan aktivitas pemuda lebih banyak di kota dari pada di desa;
5.      Adanya kecenderungan munculnya perilaku kekerasan di sebagian kalangan pemuda;
6.      Adanya kecenderungan sikap acuh tak acuh terhadap masalah moral dan akhlaq mulia di sebagian kalangan pemuda;
7.      Adanya kecenderungan meredupnya nasionalisme di sebagian kalangan pemuda;
8.      Masih terbatasnya prasarana dan sarana pembangunan kepemudaan;
9.      Belum maksimalnya koordinasi 21 Kementerian dan Lembaga yang mempunyai program kepemudaan.
Namun disisi lain, tidak semua pemuda seperti itu. Masih ada pemuda Indonesia masa kini yang berprestasi di bidang pendidikan, olahraga, teknologi, perdamaian, seni, dan lain-lain. Sebut saja Taufik Hidayat atlet bulutangkis Indonesia yang telah menorehkan sejarah di tingkat dunia.
Jadi menurut hemat penulis, kenyataan pemuda saat ini adalah ada yang melupakan semangat Sumpah Pemuda. Ada pula yang tetap memegang teguh. Yang tetap setia kita dukung dan mencontohnya. Sementara yang lupa, kita ingatkan agar kembali ke semangat para pemuda dulu.
Jika pada masa dulu, kaum penjajah yang memecah belah bangsa Indonesia, bukan tidak mungkin persatuan dan kesatuan yang selama ini kita bina akan terkoyak oleh ulah bangsa sendiri. Bahasa Indonesia yang selama ini diakui sebagai bahasa persatuan rusak justru oleh perilaku bangsa sendiri. Kontras, dengan kondisi dan perjuangan pemuda zaman dulu yang demi persatuan dan kesatuan bangsa, mereka berani mengorbankan waktu, tenaga, biaya dan fikiran, bahkan jiwa sekalipun.
Akhirnya, mari teruslah kita jaga nasionalisme dalam hati kita, dan kita selalu pupuk, agar menghasilkan karya nyata, sehingga dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan bangsa yang kita cintai ini, yaitu bangsa Indonesia. Selamat Hari Sumpah Pemuda, maju terus pemuda Indonesia, raihlah kejayaan bangsa dan negara.
 Pemuda dan Pergerakannya
Pemuda Indonesia dengan gerakan kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cita-cita bangsa. Di tangan kaum mudalah harapan bangsa dapat terwujud. Bila berkaca pada sejarah, gerakan pemuda Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang disebut Boedi Oetomo pada tahun 1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai kesepakatan untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi bangsa yang satu.[14]
Atas desakan para pemuda, akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Moment ini bertepatan dengan kekalahan Jepang (yang saat itu menjajah Indonesia) pada perang Dunia II. Tidak hanya sampai disitu, gerakan pemuda berlanjut pada tahun 1966. Kita semua tahu ditahun tersebut dikenal dengan masa revolusi, kaum muda terlibat secara langsung dan menolak ideologi komunis. Kemudian pada tahun 1974 terjadi gerakan pemuda sebagai reaksi dari kebijakan pemerintah Orde Baru yang tidak transparan. Puncak gerakan pemuda dari berbagai unsur terjadi pada tahun 1998. Pemuda Indonesia menolak dengan tegas system pemerintahan otoriter dan menorehkan sejarah dengan menggulingkan rezim orde baru menjadi era reformasi.
Semua itu merupakan pengukuhan penting terhadap peran kaum muda dalam memperjuangkan idealism bangsa. Sejak era sebelum kemerdekaan, kaum muda selalu terdorong untuk melakukan penolakan terhadap ketidakadilan. Pada masa itu mereka diasah melalui kelompok diskusi atau organisasi kepemudaan dengan struktur dan mekanisme yang masih sangat sederhana.
Tapi sayang, setelah era reformasi pemuda terkesan ideologis, pragmatis bahkan materialistis. Aksi dan gerakannya kurang focus, tidak memiliki visi bersama, dan bahkan terkotak-kotak. Disebabkan tidak adanya arah yang jelas ataupun kepedulian terhadap nasib bangsa. Oleh sebab itu diperlukan pengenalan kembali fungsi dan peran pemuda dalam membangun bangsa, yang sebelumnya tidak pernah absen menorehkan tinta emas. Perjuangan pemuda pun bergulir sesuai konteks dan zamannya. Di masa lalu pemuda lebih mengedapankan semangat bela negara untuk lepas dari tangan penjajah. Namun seiring perjalanan waktu, perkembangan zaman, dan tuntutan hidup semangat tersebut berubah. Hal ini jelas terlihat melalui banyaknya pemuda yang memiliki sikap pragmatis dan apolitis. Memang tidak semua pemuda Indonesia memiliki jiwa yang lemah namun melihat keadaan saat ini, dikhawatirkan semangat 1928 hilang dari diri para pemuda Indonesia. Hal ini akan berakibat pada hilangnya jiwa nasionalisme yang berarti hilangnya kecintaan kepada bangsa dan negara.
Refleksi Diri Pemuda
Refleksi berarti gerakan, pantulan diluar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar.[15] Pemuda yang merupakan suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Merefleksikan kembali peristiwa sumpah pemuda yang terjadi 83 tahun silam adalah bagian dari upaya menatap masa depan. Semangat kesatuan senasib sepenanggungan dan rasa memiliki tanah air menjadi alasan mengapa tercetusnya momentum sumpah pemuda. Kemudian nasionalisme adalah bekal para golongan muda masa itu untuk berhimpun dan bersatu dalam peristiwa heroik 28 Oktober 1928.
Peran penting dari seorang pemuda adalah pada kemampuannya melakukan perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Perubahan menjadi sebuah kata yang memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim status quo. Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahir sosok pribadi yang berjiwa optimis. Optimis bahwa hari depan pasti lebih baik.[16]
Lantas apa yang harus dilakukan pemuda sekarang untuk membuktikan masih tersimpan adanya semangat Sumpah Pemuda? Cukupkah hanya dengan mengikrarkan Sumpah Pemuda pada ritual peringatan Sumpah Pemuda? Atau perlu mengadakan Ikrar Sumpah Pemuda versi ketiga? Jawaban yang pasti ada dalam diri masing-masing pemuda. Apa yang dapat diberikan pada negara tercinta ini tentu berbeda dengan masa 1928-an. Bila pada masa itu para pemuda mempertaruhkan nyawa dan raga untuk meraih kemerdekaan sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan, kita tidak perlu lagi melakukannya.
Wajar mengapa golongan muda selalu dielu-elukan sebagai ahli waris estafet perjalanan bangsa di masa yang akan datang. Sebab, generasi muda adalah yang golongan yang mampu berdiri atas idealismenya dan berjuang menurut sisi-sisi keidealan.
Saat ini yang dapat diberikan kepada bangsa adalah prestasi-prestasi membanggakan untuk semua rakyat Indonesia. Misalnya ikut berpartisipasi dalam perlombaan dalam kancah-kancah internasional seperti Olimpiade. Sebagai pemuda Indonesia kita harus bangga hidup di Indonesia dan harus tetap mempertahankan jiwa-jiwa nasionalisme dan cinta tanah air. Siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa kalau bukan kita sebagai pemuda Indonesia?
 Solusi dan Tantangan Pemuda Saat ini
Saat ini peran pemuda mendapat tantangan dari berbagai macam bentuk, pemuda saat ini di tantang dengan kondisi zaman yang semakin bebas dan tidak terkendali. Sehingga pengaruh lingkungan mampu mengarahkan pemuda ke arah yang tidak produktif. Globalisasi yang semakin bebas saat ini membuat para pemuda terbuai untuk menikmatinya kedalam aktivitas yang membuang-buang waktu. Contoh seperti bergaya seperti budaya barat, gemar bermain di club malam dan discotik, serta aktivitas lainnya. Selain itu, saat ini pemuda kebanyakan memiliki kemauan yang rendah untuk mendidik diri serta mengggali potensi diri yang ada. Pemuda juga belum memiliki sebuah visi dan kemauan yang kuat untuk berbuat kepada masyarakat dan bangsa. Banyak pemuda yang diberikan kesempatan untuk duduk di perguruan tinggi, tapi menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermafaat. Perguruan tinggi terkadang dimanfaatkan hanya untuk mendapat gelar sarjana.
Mengahadapi situasi dan kondisi yang melemahkan pergerakan pemuda saat ini, harus ada upaya dari para pemuda demi membuktika masih tersimpan adanya semangat Sumpah Pemuda. Tidaklah cukup hanya dengan mengikrarkan Sumpah Pemuda pada ritual peringatan Sumpah Pemuda saja, atau perlu mengadakan Ikrar Sumpah Pemuda versi-versi selanjutnya. Jawaban yang pasti itu ada dalam diri masing-masing pemuda. Apa yang dapat diberikan pada Indonesia, memang tidak sama dan tentu berbeda dengan masa 1928-an. Bila pada masa itu para pemuda mempertaruhkan nyawa dan raga untuk meraih kemerdekaan sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan, maka kita tidak perlu lagi melakukannya.
Saat ini yang dapat diberikan kepada bangsa adalah prestasi-prestasi membanggakan untuk semua rakyat Indonesia. Misalnya ikut berpartisipasi dalam perlombaan dalam kancah-kancah internasional seperti Olimpiade. Sebagai pemuda Indonesia kita harus bangga hidup di Indonesia dan harus tetap mempertahankan jiwa-jiwa nasionalisme dan cinta tanah air.
Beberapa kalangan menganggap pemuda saat ini bermental pragmatis. Ada pula yang menyebut makin terkikisnya spirit nasionalisme, anak muda cenderung cuek, apatis dan senang mencari jalan pintas (instan). Mereka saat ini dianggap lemah, kurang gigih dan kehilangan identitas diri. Belum lagi jika harus dirunut masalah lain seperti kasus tawuran, konflik,  pergaulan bebas, pengguna narkoba, lemahnya daya saing hingga angka pengangguran yang cukup besar.[17]
Menurut penulis, kritikan diatas memang wajar, mengingat fakta yang ada saat ini. Kritikan itu itu diperlukan agar menjadi pemacu bagi kaum muda saat ini untuk bangkit. Berkaca pada sejarah, bandingkan dengan torehan tinta emas generasi tempo dulu. Dimana pemuda Indonesia berikrar dalam sebuah sumpah yang begitu mempesona.
Lantas pertanyaannya, dimana pemuda hari ini, disaat bangsa menghadapi kepungan masalah. Sebenarnya ada poin progresif dalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan. Dalam konteks UU diatas, terdapat 3 isu strategis yang dapat dipahami dalam pembangunan pemuda yaitu program penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan pemuda. Penyadaran pemuda adalah kegiatan yang diarahkan untuk memahami dan menyikapi perkembangan dan perubahan lingkungan. Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. Sedangkan pengembangan pemuda diprioritas melalui pengembangan kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan.
Memasuki abad dua puluh satu, kenyataan yang berkembang ditengah masyarakat, terjadinya lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat. Hal itu ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi. Suatu gejala yang disebut dengan arus globalisasi. Era globalisasi disadari mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan suatu bangsa, termasuk kemajuan pendidikan dikalangan pemuda. Tidak semua perkembangan itu memberikan hasil positif, namun juga berdampak negatif. Karena globalisasi juga membawa perubahan perilaku, terutama pada generasi muda (para remaja). Dunia remaja disibukkan dengan hal yang tidak menggembirakan.
Menyikapi polemik yang terjadi ditengah-tengah pemuda hari ini, ada beberapa hal yang perlu ditelaah dan dilakukan demi mengarahkan pemuda kepada pencapaian prestasi, dengan membentuk generasi masa depan. Generasi muda akan menjadi aktor utama dalam pentas dunia. Karena itu, generasi muda (remaja) harus dibina dengan budaya yang kuat berintikan nilai-nilai dinamik yang relevan dengan realiti kemajuan di era globalisasi.[18]
Perkembangan bangsa ke depan banyak ditentukan oleh peranan remaja/pemuda sebagai generasi penerus dan pewaris. Kita memerlukan generasi yang handal, dengan beberapa sikap:[19]
1.      daya kreatif dan inno­vatif, dipadukan dengan kerja sama berdisiplin,
2.      kritis dan dinamis, memiliki vitalitas tinggi,
3.      tidak mudah terbawa arus, sanggup menghadapi realita baru di era kesejagatan.
4.      memahami nilai‑nilai budaya luhur,
5.      siap bersaing dalam knowledge based society,
6.      punya jati diri yang jelas, hakekatnya adalah generasi yang menjaga destiny,
7.      individu yang berakhlak berpegang pada nilai-nilai mulia iman dan taqwa,
8.      motivasi yang bergantung kepada Allah, yang patuh dan taat beragama akan berkembang secara pasti menjadi agen perubahan,
9.      memahami dan mengamalkan nilai‑nilai ajaran Islam sebagai kekuatan spritual, yang memberikan motivasi emansipatoris dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik‑material, tanpa harus mengorbankan nilai‑nilai kemanusiaan.
Pemuda harus sadar bahwa masa depan bangsa dan kepemimpinan negara berada di tangannya. Karena asas Kepemimpinan adalah kesadaran dan kemauan. Sikap dan ciri pemimpin yang baik adalah:[20]
1.      Berilmu, berakhlak, berintegritas, professional, dan pandai
2.      Dapat membuat keputusan dan bertangguing jawab atas keputusannya.
3.      Dapat mempengaruhi bukan dipengaruhi dan mampu menjadi contoh
4.      Bersedia mendengar masukan dan kritik
5.      Bisa memberi semangat dan motivasi

Selain itu, pembentukan karekter pemuda juga akan member dampak positif dalam perkembaganannya, dalam bentuk:
1.      Masa depan sebuah bangsa ditentukan karakter pemuda. Sangat jelas dalam ingatan dan sangat dalam tertanam dalam jiwa bahwa pemuda harapan bangsa. Karena ungkapan itu disampaikan berulang ulang dari dulu sampai sekarang. Apalagi kesadaran itu juga diperkuat dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa momentum momentum penting pergerakan sejarah bangsa tidak lepas dari peran pemuda yang sangat signifikan, mulai dari kebangkitan nasional, proklamasi kemerdekaan, orde baru, sampai orde reformasi..
2.      Beberapa fakta menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa tidak selalu ditentukan usia bangsa, sumber daya alamnya, atau rasnya. Kita tentu bisa melihat Australia yang usianya jauh lebih muda dari Yunani, tetapi soal kemajuan bangsa jelas Australia jauh lebih unggul.
3.      Kita juga bisa melihat Indonesia, negeri kita tercinta, yang jauh lebih kaya sumber daya alamnya daripada jepang, tetapi bicara tentang kemajuan, kita jelas ketinggalan.
4.      Bukti tentang ras ditunjukkan dengan sangat jelas, dengan mulai melesatnya bangsa bangsa asia, seperti India dan cina yang telah melampaui kemajuan negara negara sebagian eropa. Tentu saja kemajuan bangsa dalam hal ini ditandai dengan kemajuan ekonomi, teknologi, pendidikan dan kesehatan.
Pendidikan khususnya olah raga memiliki peluang yang sangat memungkinkan untuk membantuk karakter generasi bangsa. Selain membentuk dan membina sisi jasmaniah, olah raga merupakan media efektif untuk membina karakter. Menurut teori Piaget, aktivitas jasmani sendiri termasuk gerak di dalamnya merupakan akar dari pertumbuhan proses dan struktur psikologis. Satu-satunya kondisi yang menyebabkan kejahatan dan hal-hal buruk merajalela adalah ketika orang baik-baik tidak melakukan apa-apa.[22]
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa semestinya kaum muda harus berani bersikap merombak watak budaya politik yang menjadikan kekuasaan dan uang sebagai tujuan. Pemuda juga harus memperkuat komitmen penegakan hukum dan memfungsikan partai politik dan badan legislatif sebagai arena perjuangan kepentingan rakyat. Selanjutnya pemuda juga harus membantu dan mendorong birokrasi yang bersih, profesional, dan berorientasi pada pelayanan. Upaya generasi muda juga dilandasi dengan ilmu pengetahuan dan sikap atau kepribadian yang baik dan diiringi peran serta dukungan pemerintah.
Peran Pemuda Sumatera Barat dalam Pembangunan Daerah
Disaat kondisi bangsa seperti saat ini peranan generasi muda sebagai pilar penggerak, pengawal jalannya reformasi, dan pembangunan sangat diharapkan. Dengan organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalannya reformasi dan pembangunan. Permasalahan yang dihadapi saat ini, justru banyak generasi muda atau pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi, dan terlibat pada kepentingan politik praktis. Seharusnya melalui generasi muda terlahir inspirasi untuk mengatasi berbagai kondisi dan permasalahan yang yang ada. Generasi muda yang mendominasi populasi penduduk Indonesia saat ini, mesti mengambil peran sentral dalam berbagai bidang untuk membangun bangsa dan Negara.
Masyarakat membutuhkan peran serta pemuda untuk kemajuan bersama. Pemuda adalah tulang punggung masyarakat. Generasi tua memilki keterbatasan untuk memajukan bangsa. Generasi muda harus mengambil peranan yang menentukan dalam hal ini. Dengan semangat menyala-nyala dan tekad yang membaja serta visi dan kemauan untuk menerima perubahan yang dinamis pemuda menjadi motor bagi pembangunan masyarakat.
Keluarnya Undang-undang no 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, menunjukkan bahwa ini merupakan salah satu UU sebagai rangkaian dari kebijakan pelaksanaan Otonomi Daerah, dan sebagainya. Jika otonomi dijalankan maka banyak segi positif yang didapat di antaranya masyarakat bisa-bisa menentukan menentukan kebijakan sendiri untuk pengelolaan wilayahnya, sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan identitas dan ciri khas wilayahnya, aspirasi masyarakat lebih terserap dan mudah untuk diikuti sertakan secara langsung. Namun ada banyak tuntutan yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan prinsip otonomi daerah ini. Antara lain pemahaman masyarakat tentang otonomi itu sendiri, pilihan secara sadar dari masyarakat akan posisi mereka dan peran mereka dalam pembangunan, sumber daya manusia sebagai pelaksana dan sumber dana untuk biaya pelaksanaan pembangunan masyarakat.
Bagi masyarakat kata kunci dari otonomi daerah adalah ‘partisipasi’ dan lebih jelas lagi partisipasi ini adalah partisipasi dalam tataran ide atau prakarsa selanjutnya baru pada tahap pelaksanaan dan pengawasan. Salah satu pilar kekuatan bangsa dalam melanjutkan cita-cita dan arah implementasi pembangunan, adalah ikutsertanya peran pemuda dalam mengisi pembangunan tersebut. Namun peran serta itu tidak akan berarti apabila mental pemuda terpampang citra buruk. Diantaranya keterlibatan pemuda dalam aksi teror dan tindakan radikal.
Ke depan, kiprah pemuda berlatar aktivis-intelektual-entrepreneur akan makin banyak masuk dalam kekuasaan. Kekhawatiran atas kiprah mereka amat wajar, mengingat iklim perselingkuhan “uang dan kekuasaan” yang dilakoni jenis elite “penguasa-pengusaha” itu kini tengah mendominasi wacana dan praktik politik mutakhir di Indonesia. Pemuda sejatinya bisa menjawab tantangan dan kebutuhan zamannya, yaitu menuntaskan agenda reformasi yang terus tertunda.
Pembangunan di Sumatera Barat tentunya berupaya menciptakan fasilitas umum yang mampu menunjang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah mencanangkan beberapa program kerja demi mencapai dan mewujudkan hal tersebut.
Menurut Adib Alfikri, Ketua KNPI Sumbar, “sejarah telah mencatat bahwa perubahan yang dialami bangsa ini, tidak terlepas dari peran serta dari para pemuda. Makanya disetiap event yang ada, pemuda harus selalu siap tampil terdepan untuk menciptakan sebuah perubahan. Daerah yang tidak melibatkan pemuda dalam pembangunan, maka yakin daerah tidak menghasilkan pembangunan sesuai yang diharapkan. Kurangnya peran pemuda ikut serta dalam membangun daerah, karena belum dibukanya ruang seluas-luasnya kepada pemuda untuk berinovasi dan berkarya minimal ikut memberikan kontribusi pemikiran dalam membangun daerah ke arah yang lebih baik.
Peran serta pemuda dalam pembangunan daerah akan sangat terasa bila hal itu terwujud. Betapa tidak, pemuda mempunyai power yang dapat mengarahkan dan mengendalikan situasi jika ia berbuat. Bila potensi itu dituangkan dalam bentuk partisipasi terhadap upaya pemerintah dalam pembangunan daerah.
Mengoptimalkn peranan Pemuda dalam Pembangunan daerah adalah bentuknya, pemuda selalu menempati peran strategis dari setiap peristiwa penting, bahkan dapat dikatakan pemuda menjadi tulang punggung perjuangan melawan penjajahan. Selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat pemerintah, pemuda juga Indonesia juga aktif melakukan kritik, peran yang disandang pemuda sebagai agen perubahan dan agen kontrol sosial masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda. Pemuda memiliki idealisme yang murni, dinamis, kreatif, inovatif dan memiliki energi besar bagi perubahan sosial. Selain itu, melihat batasan usia seseorang dikatakan pemuda berkisar 16-30 tahun membuat pemuda mempunyai peluang besar untuk menempati posisi strategis dan penting sebagai pelaku pembangunan mauoun generasi penerus dimasa datang.
Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat mengimbau para pemuda mengembangkan jiwa kewirausahaan sehingga dapat berbuat dalam membantu pembangunan daerah maupun nasional. Pemuda juga harus memupuk sikap disiplin dan berakhlak baik serta menjauhkan diri dari berbagai penyakit sosial. “Kalau pemuda menegakkan disiplin, yakinlah dalam menjalankan usaha akan berhasil,” pemuda Sumbar masih memiliki peran bagus di tengah-tengah masyarakat. Tapi, tetap masih ada yang perlu ditingkatkan, khususnya karater berusaha, sehingga mengurangi pengangguran. Langkah menuju Indonesia berdaya saing dan bermartabat sangat tergantung pada karakter pemuda yang kokoh. Karakter yang kokoh dicirikan semangat patriotik, jiwa nasionalis, jati diri yang mengakar dan berwawasan luas serta kecerdasan yang mencerahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar