PROXY WAR DIKALANGAN PELAJAR
Sugiono Guru SMP Negeri 289 Jakarta
Di era millennium dengan
perkembangan teknologi yang sangat cepat dan canggih, sifat dan karakteristik
perang telah bergeser, dimana saat ini kemungkinan terjadinya perang
konvensional antar dua negara semakin kecil. Perang masa kini yang terjadi dan
perlu diwaspadai oleh Indonesia khususnya kalangan pelajar salah satunya adalah proxy war. Proxy
war
merupakan kata yang asing didengar dan masih kurang memahaminya secara detail
oleh guru dan orang tua. Padahal proxy
war harus segera kita pahami untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam
kehidupan sehari-hari. Yang jadi pertanyaanya apa itu proxy war ? dan apa bentuk ancaman dari proxy war bagi siswa ?
Proxy
war
adalah perang proksi. Bagi masyarakat awam mungkin lebih sederhana memahami isu
ini lewat pengalaman penjajahan dimasa lalu. “Proxy war tidak
melalui kekuatan militer, tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara. Perang proksi ini melalui politik, melalui ekonomi,
sosial budaya, hukum termasuk
pendidikan,”
, proxy war merupakan sebuah konfrontasi antar dua
kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari
konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung
yang berisiko pada kehancuran fatal. Dalam proxy war, tidak
bisa terlihat siapa lawan dan siapa kawan. Dilakukan non state actor, tetapi dikendalikan pasti oleh sebuah
Negara. Proxy
war merupakan bentuk dari strategi
peperangan era modern yang tidak ada aturan dan ketentuannya. Dalam era
modern, sarana yang dipakai dalam peperangan Proxy yaitu elektronik. Maka
perang di era saat ini amunisinya adalah informasi.
Terkait dengan pelaku perang, maka ada dua unsur pelaku langsung
dan pelaku tidak langsung. Pelaku langsung adalah pelaku perang yang memiliki
niat untuk mencapai kepentingan tertentu. Dalam rangka mencapai keinginan
tersebut, pelaku langsung tersebut bisa memanfaatkan orang lain sebagai ‘kaki
tangan’. "Nah kaki tangan ini istilahnya adalah proxy."
Indikasi proxy war di kalangan pelajar antara lain adalah
gerakan separatis dan gerakan radikal kanan/kiri, peredaran narkoba, media
sinetron, tawuran pelajar, serta
penyebaran pornografi, seks bebas, dan gerakan LGBT.
1. Narkoba
Narkoba bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita. Kita
telah sering mendengar dan membaca berita di media elektronik maupun media cetak tentang narkoba. Di lingkungan tempat tinggal kita,
peredaran obat terlarang ini sudah menjadi alah satu permasalahan utama yang
harus segera diatasi. Meluasnya narkoba di Indonesia terutama di kalangan
generasi muda karena didukung oleh faktor budaya global. Budaya global dikuasai
oleh budaya Barat yang mengembangkan pengaruhnya melalui layar TV, VCD, dan
film-film. Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) mencatat dari 87 juta populasi anak di Indonesia, sebanyak 5,9
juta di antaranya menjadi pecandu narkoba. Mereka jadi pecandu narkotika karena
terpengaruh dari orang-orang terdekat. “Dari total 87 juta anak maksimal 18
tahun, tercatat ada 5,9 juta yang tercatat sebagai pecandu,” Peredaran narkoba di Indonesia kini
makin mengkhawatirkan, terlebih dengan ditemukan beberapa jenis narkotika baru
yang dikemas dalam beberapa bentuk seperti permen.
Narkoba disini terbagi menjadi 2 macam yaitu narkotika dan
psikotropika. Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa narkotika adalah zat yang bisa
menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan
kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa
sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok
yaitu : Narkotika golongan I adalah
narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini
digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin,
kokain, morfin, dan opium. Narkotika golongan II adalah
narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan
dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan betametadol. Narkotika golongan III adalah narkotika yang
memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh : kodein dan turunannya. Psikotopika adalah
zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki
khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika
digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah: Psikotropika golongan I adalah
dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk
pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi.
Psikotropika golongan II adalah psikotropika
dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh
: amfetamin, metamfetamin, dan metakualon. Psikotropika golongan III adalah
psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh : lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang
memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian.
Contoh : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam. Zat adiktif lainnya
adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah : Rokok, kelompok alkohol
dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thiner dan zat
lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila
dihirup akan dapat memabukkan
2. Tawuran
Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan
remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan
kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang
umumnya dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun. Tawuran ini dianggap lumrah
oleh sebagian masyarakat, padahal tawuran ini mengakibatkan banyaknya korban
baik nyawa maupun materi. Maraknya tawuran karena ada hasutan dari sekelompok
pihak untuk mengadu domba secara terselubung dengan mengambil keuntungan dari
pihak yang bertikai. Proxy war tawuran ini yang di manfaatkan untuk
menghancurkan para pelajar yang ada di Indonesia karena dengan tawuran akan
banyak kerugian yang diderita oleh semua pihak. Untuk itu kepada seluruh
stakeholder yang ada di sekolah, orang tua, masyarakat untuk tetap menjaga
persatuan dikalangan para pelajar dan pemuda dilingkungannya agar tidak mudah
terhasut dan terprovokasi oleh pihak ketiga dalam melancarkan aksi proxy war.
3. LGBT
LGBT kepanjangannya dari lesbian, gay, biseksual, dan
transgender.
Istilah ini digunakan sudah sejak tahun 90-an untuk menyatakan komunitas gay
atau kelompok tertentu. Perilaku homoseksual terus menerus ada sejak jaman
dahulu, dan menjadi pertentangan diantara masyarakat dan juga dianggap
perbuatan dosa. Homoseksual juga dikatakan sebagai penyimpangan dan merupakan
perilaku abnormal. Beberapa anggapan pada mulanya mengartikan perilaku
menyimpang ini seperti jiwa laki- laki yang terjebak di tubuh perempuan atau
sebaliknya. Perdebatan demi perdebatan terus muncul dan penelitian terus
dilakukan. Menurut Amerikan Psyciatric Association (APA) menyatakan bahwa
orientasi seksual akan terus berkembang sepanjang hidup seseorang. Orientasi
seksual dibagi menjadi tiga berdasarkan dorongan atau hasrat seksual dan
emosional yang bersifat ketertarikan romantis pada suatu jenis kelamin sama.
Carol menjelaskan bahwa orientasi seksual merupakan ketertarikan yang muncul
pada seseorang dengan jenis kelamin tertentu dan dilandasi perasaan emosional,
fisik, seksual, dan cinta. Jika diuraikan menurut hurufnya, pengertian
masing- masing istilah dari LGBT yaitu: Lesbian
: merupakan gangguan seksual yang menyimpang dimana wanita tertarik pada wanita
lainnya. Gay: merupakan perilaku
menyimpang seksual dimana laki laki tertarik dengan sesama laki laki. Gay juga
disebut dengan homoseksual. Biseksual:
merupakan perilaku menyimpang dimana seseorang menyukai dua gender sekaligus
baik wanita maupun pria. Transgender :
merupakan perubahan alat kelamin dikarenakan seseorang merasa alat kelaminnya
tidak menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya yang merupakan kebalikan dari
apa yang dia miliki. Kondisi ini memicu seorang wanita yang memiliki sifat
tomboy dan merasa seperti laki laki akan merubah jenis kelaminnya menjadi laki
laki dan juga sebaliknya dengan cara operasi kelamin.
LGBT sudah
banyak terjadi dilingkungan para pelajar di sekolah, hal terjadi karena
banyaknya kekangan dari orang tua di keluarga masing-masing sehingga pelajar
mengambil tindakan abnormal diantar pelajar lainnya.
4. Pornografi/pornoaksi
Pornografi adalah
gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui
berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang
memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma sesuliaan
dalam masyarakat. Dengan meluasnya jaringan internet di era millennium maka
penyebaran pornografi banyak terjadi secara online baik dari HP, jejaring
social dan lainnya. Ironis penyebaran pornografi di lakukan secara
terang-terangan di masyarakat oleh pihak yang menginkan hancurnya generasi muda
masa depan bangsa
5. Sinetron
Sinetron adalah istilah untuk program
drama bersambung produksi Indonesia yang
disiarkan oleh stasiun
televisi di Indonesia. Sinetron pada
umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik
berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan
tokoh-tokoh yang memiliki karakter yang khas satu sama lain. Berbagai karakter
yang berbeda tersebut menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga
sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun
sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario.
Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh bahkan ratusan episode kebanyakan
karena tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan menurunkan kualitas
cerita. Akhirnya membuat sinetron menjadi tidak lagi mendidik, tetapi hanya
menyajikan hal-hal yang bersifat menghibur. Hal ini banyak terjadi di Indonesia
yang pada umumnya bercerita seputar kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta
segitiga, kehidupan keluarga yang penuh kekerasan, dan tema tentang mistis.
Banyak pelajar yang terbawa arus
mengikuti gaya idola yang ditontonnya dari sinetron, gaya yang biasa dikiti
adalah pakaian, berbicara, dan karakternya. Penayangan sinetron banyak yang
merubah karakter pelajar yang ditanamkan dari guru di lembaga pendidikan.
Masih banyak lagi penyerangan proxy
war pada pelajar yang terjadi selama ini. Pemuda sebagai tulang punggung bangsa
harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian
bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Sejumlah
aksi yang dapat dilakukan oleh pelajar untuk menangkal proxy war (1) Selalu
waspada dan membentengi diri dari setiap upaya membenturkan kepentingan
diantara berbagai golongan dimasyarakat, (2) Membekali diri dengan kewaspadaan
dan berani menolak dengan tegas apabila ada upaya agitasi dan propaganda
(agitprop) yang melenceng jauh dari cita-cita kemerdekaan dan kebangsaan kita,
(3) Membekali diri siswa dengan ajaran agama yang dianutnya agar selalu
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, (4) Memperbanyak kegiatan yang
positif bagi anak-anak seperti olahraga, ekstrakulikuler, keagamaan dan
sebagainya, (5) Pengawasan orang tua di rumah untuk anak-anaknya baik dalam
pergaulan sesama temannya di sekolah maupun di lungkungan masyarakat.
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua
sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu
sampai ke puncak yang setinggi-tingginya jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka
tak dapatlah terbang burung itu sama sekali”. Akhirnya kita sebagai guru
dan juga orang tua untuk selalu menjaga dan membimbing anak kita tanpa
terpengaruh dari proxy war dalam
menggapai masa depannya dengan terbang setingg-tinggi seperti ungkapan diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar