Rabu, 08 Agustus 2018

Proxy War Di kalangan Pelajar



 PROXY WAR DIKALANGAN PELAJAR
Sugiono Guru SMP Negeri 289 Jakarta


Di era millennium dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat dan canggih, sifat dan karakteristik perang telah bergeser, dimana saat ini kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara semakin kecil. Perang masa kini yang terjadi dan perlu diwaspadai oleh Indonesia khususnya kalangan pelajar  salah satunya adalah proxy war. Proxy war merupakan kata yang asing didengar dan masih kurang memahaminya secara detail oleh guru dan orang tua. Padahal proxy war harus segera kita pahami untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang jadi pertanyaanya apa itu proxy war ? dan apa bentuk ancaman dari proxy war bagi siswa ?
Proxy war adalah perang proksi. Bagi masyarakat awam mungkin lebih sederhana memahami isu ini lewat pengalaman penjajahan dimasa lalu. Proxy war tidak melalui kekuatan militer, tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Perang proksi ini melalui politik, melalui ekonomi, sosial budaya, hukum termasuk  pendidikan,”
proxy war merupakan sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada kehancuran fatal. Dalam proxy war, tidak bisa terlihat siapa lawan dan siapa kawan. Dilakukan non state actor, tetapi dikendalikan pasti oleh sebuah Negara. Proxy war merupakan bentuk dari strategi peperangan era modern yang tidak ada aturan dan ketentuannya.  Dalam era modern, sarana yang dipakai dalam peperangan Proxy yaitu elektronik. Maka perang di era saat ini amunisinya adalah informasi.
Terkait dengan pelaku perang, maka ada dua unsur pelaku langsung dan pelaku tidak langsung. Pelaku langsung adalah pelaku perang yang memiliki niat untuk mencapai kepentingan tertentu. Dalam rangka mencapai keinginan tersebut, pelaku langsung tersebut bisa memanfaatkan orang lain sebagai ‘kaki tangan’. "Nah kaki tangan ini istilahnya adalah proxy."
Indikasi proxy war di kalangan pelajar antara lain adalah gerakan separatis dan gerakan radikal kanan/kiri, peredaran narkoba, media sinetron, tawuran pelajar,  serta penyebaran pornografi, seks bebas, dan gerakan LGBT.
1.      Narkoba

Narkoba bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita. Kita telah sering mendengar dan membaca berita di media elektronik maupun media cetak tentang narkoba. Di lingkungan tempat tinggal kita, peredaran obat terlarang ini sudah menjadi alah satu permasalahan utama yang harus segera diatasi. Meluasnya narkoba di Indonesia terutama di kalangan generasi muda karena didukung oleh faktor budaya global. Budaya global dikuasai oleh budaya Barat yang mengembangkan pengaruhnya melalui layar TV, VCD, dan film-film. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat dari 87 juta populasi anak di Indonesia, sebanyak 5,9 juta di antaranya menjadi pecandu narkoba. Mereka jadi pecandu narkotika karena terpengaruh dari orang-orang terdekat. “Dari total 87 juta anak maksimal 18 tahun, tercatat ada 5,9 juta yang tercatat sebagai pecandu,” Peredaran narkoba di Indonesia kini makin mengkhawatirkan, terlebih dengan ditemukan beberapa jenis narkotika baru yang dikemas dalam beberapa bentuk seperti permen.
Narkoba disini terbagi menjadi 2 macam yaitu narkotika dan psikotropika. Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang  menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut  bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu : Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan betametadol. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan turunannya. Psikotopika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah: Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi. Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin, dan metakualon. Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam. Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah : Rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan
      2.      Tawuran
Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang umumnya dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun. Tawuran ini dianggap lumrah oleh sebagian masyarakat, padahal tawuran ini mengakibatkan banyaknya korban baik nyawa maupun materi. Maraknya tawuran karena ada hasutan dari sekelompok pihak untuk mengadu domba secara terselubung dengan mengambil keuntungan dari pihak yang bertikai. Proxy war tawuran ini yang di manfaatkan untuk menghancurkan para pelajar yang ada di Indonesia karena dengan tawuran akan banyak kerugian yang diderita oleh semua pihak. Untuk itu kepada seluruh stakeholder yang ada di sekolah, orang tua, masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dikalangan para pelajar dan pemuda dilingkungannya agar tidak mudah terhasut dan terprovokasi oleh pihak ketiga dalam melancarkan aksi proxy war.
3.      LGBT
LGBT kepanjangannya dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Istilah ini digunakan sudah sejak tahun 90-an untuk menyatakan komunitas gay atau kelompok tertentu. Perilaku homoseksual terus menerus ada sejak jaman dahulu, dan menjadi pertentangan diantara masyarakat dan juga dianggap perbuatan dosa. Homoseksual juga dikatakan sebagai penyimpangan dan merupakan perilaku abnormal. Beberapa anggapan pada mulanya mengartikan perilaku menyimpang ini seperti jiwa laki- laki yang terjebak di tubuh perempuan atau sebaliknya. Perdebatan demi perdebatan terus muncul dan penelitian terus dilakukan. Menurut Amerikan Psyciatric Association (APA) menyatakan bahwa orientasi seksual akan terus berkembang sepanjang hidup seseorang. Orientasi seksual dibagi menjadi tiga berdasarkan dorongan atau hasrat seksual dan emosional yang bersifat ketertarikan romantis pada suatu jenis kelamin sama. Carol menjelaskan bahwa orientasi seksual merupakan ketertarikan yang muncul pada seseorang dengan jenis kelamin tertentu dan dilandasi perasaan emosional, fisik, seksual, dan cinta. Jika diuraikan menurut hurufnya, pengertian masing- masing istilah dari LGBT yaitu: Lesbian : merupakan gangguan seksual yang menyimpang dimana wanita tertarik pada wanita lainnya. Gay: merupakan perilaku menyimpang seksual dimana laki laki tertarik dengan sesama laki laki. Gay juga disebut dengan homoseksual. Biseksual: merupakan perilaku menyimpang dimana seseorang menyukai dua gender sekaligus baik wanita maupun pria. Transgender : merupakan perubahan alat kelamin dikarenakan seseorang merasa alat kelaminnya tidak menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya yang merupakan kebalikan dari apa yang dia miliki. Kondisi ini memicu seorang wanita yang memiliki sifat tomboy dan merasa seperti laki laki akan merubah jenis kelaminnya menjadi laki laki dan juga sebaliknya dengan cara operasi kelamin.
LGBT sudah banyak terjadi dilingkungan para pelajar di sekolah, hal terjadi karena banyaknya kekangan dari orang tua di keluarga masing-masing sehingga pelajar mengambil tindakan abnormal diantar pelajar lainnya.
    4.      Pornografi/pornoaksi
Pornografi  adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma sesuliaan dalam masyarakat. Dengan meluasnya jaringan internet di era millennium maka penyebaran pornografi banyak terjadi secara online baik dari HP, jejaring social dan lainnya. Ironis penyebaran pornografi di lakukan secara terang-terangan di masyarakat oleh pihak yang menginkan hancurnya generasi muda masa depan bangsa
     5.      Sinetron
Sinetron adalah istilah untuk program drama bersambung produksi Indonesia yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter yang khas satu sama lain. Berbagai karakter yang berbeda tersebut menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario. Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh bahkan ratusan episode kebanyakan karena tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan menurunkan kualitas cerita. Akhirnya membuat sinetron menjadi tidak lagi mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat menghibur. Hal ini banyak terjadi di Indonesia yang pada umumnya bercerita seputar kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segitiga, kehidupan keluarga yang penuh kekerasan, dan tema tentang mistis.
Banyak pelajar yang terbawa arus mengikuti gaya idola yang ditontonnya dari sinetron, gaya yang biasa dikiti adalah pakaian, berbicara, dan karakternya. Penayangan sinetron banyak yang merubah karakter pelajar yang ditanamkan dari guru di lembaga pendidikan.

Masih banyak lagi penyerangan proxy war pada pelajar yang terjadi selama ini. Pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh pelajar untuk menangkal proxy war (1) Selalu waspada dan membentengi diri dari setiap upaya membenturkan kepentingan diantara berbagai golongan dimasyarakat, (2) Membekali diri dengan kewaspadaan dan berani menolak dengan tegas apabila ada upaya agitasi dan propaganda (agitprop) yang melenceng jauh dari cita-cita kemerdekaan dan kebangsaan kita, (3) Membekali diri siswa dengan ajaran agama yang dianutnya agar selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, (4) Memperbanyak kegiatan yang positif bagi anak-anak seperti olahraga, ekstrakulikuler, keagamaan dan sebagainya, (5) Pengawasan orang tua di rumah untuk anak-anaknya baik dalam pergaulan sesama temannya di sekolah maupun di lungkungan masyarakat.
Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya  jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali”. Akhirnya kita sebagai guru dan juga orang tua untuk selalu menjaga dan membimbing anak kita tanpa terpengaruh dari proxy war  dalam menggapai masa depannya dengan terbang setingg-tinggi seperti ungkapan diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar