BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Makna dan hakikat belajar
diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi atau
pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa
atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran
(pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi di berikan oleh guru.
Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama,
dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.
Pembelajaran yang bermakna akan
membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang
diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang
diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam
konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang
berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep.
Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses
pembelajaran tersebut.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan,
maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk
selalu kreatif dan berkembang.
Namun kenyataan di lapangan belum
menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu
penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang
sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih
kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru
sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke
arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.
Berdasarkan pengamatan awal
terhadap proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 143 Jakarta diperoleh informasi
bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi
dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi
individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa
belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta,
konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat
ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam
pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher
centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai
guru. Apalagi pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga
siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang
disampaikan guru.
Upaya untuk membangkitkan
motivasi siswa kelas VIII- 6 SMP Negeri
143 Jakarta dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai
macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan
gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun
demikian, hasil pembelajaran IPS pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran
2012/2013 belum begitu memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata
nilai IPS yang hanya 63.27.
Terkait belum optimalnya hasil
belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 143 Jakarta maka penulis berupaya untuk
menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing sebagai salah satu alternatif
pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka
penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul:
"Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Snowball Throwing pada Siswa Kelas
VIII-6 SMP Negeri 143 Jakarta".
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS materi Kemerdekaan Negara
Republik Indonesia melalui model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa
kelas VIII-6 SMP Negeri 143 Jakarta ?
C. Tujuan
Penelitian tindakan kelas ini
bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar IPS
materi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia model pembelajaran Snowball
Throwing pada siswa kelas VIII-6 SMPNegeri 143 Jakarta.
D. Definisi
Operasional
Untuk menghindari salah
pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional
sebagai berikut :
1. Hasil Belajar adalah kemampuan
yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa
diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
2. IPS adalah mata pelajaran yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai,
sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia
(Depdiknas, 2004).
3. Snowball Throwing adalah model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, dan
emosionalnya dengan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,
dan Rayakan) yang diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti
"melempar bola salju".
Jadi yang dimaksud dengan
penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS adalah
upaya guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran IPS secara holistik, baik
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 143
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar