Standar Kompetensi : (3) Memahami
masalah penyimpangan sosial
Kompetensi Dasar :
3.1. Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (Miras, Judi, Narkoba, HIV/AIDS,
PSK dan sebagainya) sebagai akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan
masyarakat.
1.2. Mengidentifikasi
permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya.
Indikator :
1.
Pengertian penyimpangan
sosial dan penyakit sosial.
2.
Faktor-faktor penyebab
terjadinya penyakit sosial.
3.
Bentuk-bentuk penyakit sosial
dalam keluarga dan masyarakat
4. Upaya-upaya pencegahan penyakit
sosial.
5. Permasalahan
kependudukan berkaitan dengan kuantitas dan kualitas penduduk
Tujuan
Pembelajaran :
Setelah mempelajari tema ini, siswa
diharapkan mampu :
Ø
Mendeskripsikan pengertian penyimpangan sosial dan
penyakit sosial.
Ø
Mengidentifikasi faktor-faktor terjadinya penyakit
sosial.
Ø
Mengidentifikasi bentuk-bentuk penyakit sosial.
Ø
Menyebutkan upaya-upaya pencegahan penyakit sosial.
Ø
Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan cara
penanggulangannya.
RINGKASAN MATERI
Berbagai
perilaku induvidu terkait erat satu sama lainnya dalam setiap kelompok atau
masyarakatnya. Masyarakat adalah suatu kelompok sosial yang terdiri atas
kumpulan beberapa induvidu yang hidup bersama dan menjalin interaksi sosial
dalam suatu daerah dalam jangka waktu yang relatif lama.
Dalam proses
sosialisasi di masyarakat, disadari ataupun tidak di sadari seseorang pernah
melakukan tindakan penyimpangan sosial, baik dalam skala besar maupun kecil.
Perilaku menyimpang apabila dilakukan secara intens dan dalam skala yang besar
bisa berubah menjadi penyakit sosial.
Penyakit sosial
merupakan bentuk kebiasaan masyarakat yang berperilaku tidak sesuai dengan
nilai dan norma sosial dan terjadi dimana saja dan kapan saja, baik pada
masyarakat tradisional, desa, kota maupun pada masyarakt modern.
A.
Penyimpangan
Sosial
Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tentang
pengertian penyimpangan sosial. Menurut
Robert MZ Lawang penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang dari norma
–norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak
berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut. Adapun Van der Zanden berpendapat bahwa
penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai
hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai
masyarakat disebut deviasi, sedangkan
orang yang melakukan penyimpangan disebut devian.
Adapun kebalikannya dari perilaku menyimpang disebut konformitas, yakni bentuk interaksi sosial yang didalamnya
seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompoknya.
B.
Penyakit
Sosial
Berbagai perilaku induvidu terkait erat
satu sama lainnya dalam setiap kelompok atau masyarakatnya. Masyarakat adalah
suatu kelompok sosial yang terdiri atas kumpulan beberapa induvidu yang hidup
bersama dan menjalin interaksi sosial dalam suatu daerah dalam jangka waktu
yang relatif lama.
Masyarakat dapat diibaratkan sebagai
tubuh, dimana keadaan masing-masing organ berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan tubuh. Demikian halnya masyarakat, dimana perilaku induvidu yang
merupakan bagian dari masyarakat menentukan bagaimana keadaan masyarakat secara
keseluruhan. Masyarakat yang harmonis terbentuk dari perilaku masing-masing
warga masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku.
Keharmonisan kehidupan masyarakat akan menciptakan suasana masyarakat yang
sehat dan teratur.
Penyakit sosial merupakan bentuk
kebiasaan masyarakat yang berperilaku tidak sesuai dengan nilai dan norma
sosial, sehingga menghasilkan perilaku menyimpang. Beberapa kebiasaan warga
masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai bentuk penyakit sosial antara lain
kebiasaan minum-minuman keras, berjudi, menyalahgunakan narkoba, penyakit
HIV/AIDS, penjaja sex komersial (PSK) dan sebagainya.
C.
Faktor-faktor
Penyebab terjadinya Penyakit Sosial di Diskotik
Penyimpangan sosial dan penyakit sosial masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-Faktor
yang mempengaruhinya secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Faktor internal (dari dalam), yaitu :
·
Tingkat intelegensi yang tidak normal dapat menghambat
ketika seseorang harus berinteraksi atau bergaul dalam masyarakat.
·
Usia, semakin tua orang semakin pelupa dan mudah tersinggung
dalam jangka waktu tertentu.
·
Jenis kelamin, misalnya dalam satu keluarga ada tiga anak
lelaki dan satu anak perempuan. Si anak perempuan dapat terpengaruh berperilaku
seperti anak laki-laki (tomboy).
·
Kedudukan seseorang dalam keluarga juga mempengaruhi
seseorang, misalnya anak sulung cenderung berkuasa atas adik-adiknya dan anak
bungsu akan bersifat manja dan selalu ingin diperhatikan.
b. Faktor eksternal (dari luar), yaitu :
·
Kehidupan keluarga yang broken home, retaknya keluarga
yang menyebabkan anggota keluarga mencari kesenangan diluar rumah karena
kebutuhan baik jasmani maupun rohaniahnya tidak terpenuhi dalam keluarga.
·
Adanya ikatan sosial yang berlainan, seseorang yang
bermasyarakat dengan kelompok-kelompok akan cenderung mengedentifikasikan
dirinya dengan kelompok paling ia hargai dan akan lebih senang bergaul dengan
kelompoknya saja dari pada kelompok lainnya.
·
Lingkup pergaulan seseorang juga akan membentuk
perilakunya. Jika pergaulannya bersifat positif maka perilakunya juga akan
positif, sebaliknya jika pergaulannya bersifat negatif maka perilakunya pun
akan terpengaruh sikap negatif.
·
Media massa, baik cetak maupun elektronik juga mempunyai
peran yang besar dalam membentuk sikap perilaku seseorang. Kalau berita-berita
atau tayangan yang diikuti bersifat positif maka kemajuan dari tehnologi akan
terasa besar manfaatnya. Tetapi jika berita atau tayangan yang bertentangan
dengan norma dan nilai yang berlaku, seperti film-film kekerasan atau porno,
hal inilah yang akan membentuk perilaku seseorang menjadi menyimpang.
·
Dorongan kebutuhan ekonomi, seseorang terdesak kebutuhan
ekonominya jika tidak memiliki iman yang kuat atau tidap dapat mengendalikan
diri atau orang yang tidak mau bekerja keras dapat terdorong untuk melakukan perilaku
menyimpang dengan alasan kebutuhan makan atau untuk mempertahankan hidup.
·
Pelampiasan rasa kecewa, seseorang yang mengalami rasa
kecewa atau kepahitan hidup dapat melakukan perilaku menyimpang sebagai
pelarian atau pelampiasan terhadap rasa kecewa atau kesulitannya itu.
·
Keinginan untuk dipuji, perilaku menyimpang kadang-kadang
dilakukan hanya sekedar untuk dipuji atau untuk bergaya saja. Misalnya ingin
dianggap hebat atau jago, seperti merokok, berkelahi dan mabuk-mabukkan.
·
Sikap mental yang tidak sehat, biasanya orang yang
mempunyai sikap mental yang tidak sehat atau tidak normal/kelainan, bila
melakukan perilaku menyimpang tidak akan merasa bersalah atau menyesal bahkan
sebaliknya akan merasa senang.
D.
Bentuk-bentuk
Penyakit Sosial di Diskotik
Bentuk-bentuk
penyakit sosial yang terjadi di diskotik adalah :
1.
Pekerja
Seks Komersial (PSK)
Pekerja seks komersial (PSK) merupakan salah satu bentuk
penyakit sosial yang tertua di dunia. Kegiatan PSK yang disebut sebagai
prostitusi telah dikenal sejak zaman Romawi Kuno. Meskipun upaya pemberantasan
terus-menerus dilakukan, tetapi praktik prostitusi tetap saja marak di
masyarakat, baik yang berlangsung terang-terangan maupun secara terselubung
dengan berkedok dan membaur dalam kegiatan sosial lainnya.
Pada umumnya kegiatan prostitusi berlatar belakang pada
faktor kesulitan ekonomi. Namun secara psikologis, prostitusi merupakan bentuk
kelainan mental yang hanya dapat berhenti atas kesadaran pelaku semata.
Oleh karena itu, meskipun pelaku
prostitusi dijaring, dibina, dan diberi aneka ketrampilan agar bekerja secara
sewajarnya, namun tetap saja ia akan kembali menekuni prostitusi sebagai
pilihan hidupnya apapun resikonya.
2.
Penyakit
HIV/AIDS
AIDS
(Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Tubuh yang terserang AIDS akan rentan
terhadap infeksi penyakit, sehingga mengakibatkan kematian. Saat ini, AIDS
telah tersebar luas di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Virus
HIV/AIDS tersebar melalui pertukaran cairan tubuh, seperti darah, sekreta dari
alat kelamin (cairan semen dan cairan vagina), dan air susu. Oleh sebab itu,
HIV/AIDS menular lewat hubungan seksual dengan penderita HIV (baik melalui anus
atau vagina), kontak melalui darah dan produk-produk darah (misalnya serum),
serta kegiatan menyusui dari ibu penderita HIV/AIDS kepada anak yang
disusuinya. Meskipun HIV/AIDS juga terdapat dalam air ludah dan urin, namun
virus ini tidak cukup kuat menyebabkan infeksi. Kontak biasa dengan orang yang
terinfeksi HIV/AIDS, seperti mengobrol, bersalaman, makan bersama dan berenang,
tidak akan menularkan HIV/AIDS.
3.
Penyalahgunaan
Narkoba
Istilah
narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, narkotika
diartikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Orang
yang menyalahgunakan pemakaian narkoba merupakan bentuk penyalahgunaan yang
bukan hanya merusak diri sendiri, tetapi juga mengganggu lingkungan sosial
akibat sikap yang ditimbulkan dari ketergantungan pada narkoba. Orang yang
mengalami ketergantungan pada narkoba biasanya akan melakukan berbagai cara
untuk mendapatkan narkoba, seperti mencuri, merampok, dan merampas.
Penyalahgunaan narkoba sering kali menyebabkan masalah kejiwaan dan kesehatan
yang serius bagi penggunanya. Kehidupan sosial pemakai narkoba menjadi terganggu,
sukar bergaul dan cenderung mudah
terpengaruh tindak kejahatan.
4.
Minum-minuman
Keras
Minuman
keras atau sering disebut miras adalah minuman yang mengandung alkohol. Minuman
beralkohol dikategorikan menjadi tiga golongan berdasarkan kadar alkohol yang
terkandung di dalamnya, yaitu :
Ø
Minuman
beralkohol golongan A, mempunyai kandungan alkohol sebanyak 1 % sampai 5 %.
Ø
Minuman
beralkohol golongan B, mempunyai kadar alkohol lebih dari 5 % sampai 20 %.
Ø
Minuman
beralkohol golongan C, mempunyai kadar alkohol
lebih dari 20 % sampai 55 %.
E.
Upaya Pencegahan Penyakit Sosial.
Ada pepatah yang mengatakan
bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Demikian halnya dalam menghadapi
begitu banyak kasus penyakit sosial yang terjadi ditengah masyarakat, perlu
adanya upaya pencegahan semenjak dini.
Upaya-upaya
pencegahan penyimpangan sebagai kontrol sosial masyarakat dilakukan dengan :
·
Penanaman nilai akidah dan norma yang kuat
·
Menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga.
·
Keteladanan orang tua
·
Perhatian dan kasih sayang
·
Kegiatan positif
·
kepercayaan
·
Penyuluhan-penyuluhan
F.
Permasalahan
Kependudukan dan Cara Penanggulangannya
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan
tidak merata serta tanpa diimbangi dengan pencapaian kualitas SDM yang tinggi
mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan-permasalahan kependudukan.
1.
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan mateeriil dasar berdasarkan standar
tertentu. Adapun standar ini lebih dikenal dengan garis kemiskinan, yaitu
tingkat pengeluaran atas kebutuhan pokok yang meliputi sandang, pangan, dan
papan secara layak.
Upaya pemerintah dalam menanggulangi
kemiskinan penduduk, antara lain sebagai berikut :
a.
Meningkatkan
sumber daya ekonomi yang dimiliki penduduk miskin
Misalnya dengan mengoptimalkan pemanfaatan
lahan pertanian yang sempit dengan insentifikasi pertanian, memberikan bekal
ketrampilan untuk mengolah barang-barang bekas disekitarnya, misalnya kaleng
bekas, besi bekas, plastik bekas, membimbing penduduk untuk jeli memperhatikan
dan memanfaatkan peluang usaha di sekitarnya, seperti penduduk yang tinggal di
daerah rawa memanfaatkan eceng gondok untuk bahan kerajinan, penduduk di daerah
pegunungan memanfaatkan bunga pinus sebagai kerajinan dan lain-lain.
b.
Memberikan
program penyuluhan dan pembekalan ketrampilan
Pemerintah hendaknya insentif terjun ke
masyarakat untuk memberikan pengajaran dan pelatihan ketrampilan bagi penduduk
miskin agar dapat menghasilkan sesuatu guna menunjang pendapatannya.
c.
Menyediakan
pasar-pasar bagi penjualan produksi penduduk
Pasar merupakan fasilitas penting dalam
menunjang pendapatan penduduk. Selain sebagai tempat memasarkan hasil produksi
masyarakat, keberadaan pasar juga memotivasi masyarakat untuk lebih produktif
lagi. Karena masyarakat tidak perlu khawatir lagi akan mengalami kesulitan
hasil produksinya.
2.
Kesehatan
Kualitas penduduk yang diuraikan sebelumnya
yang berpengaruh terhadap kemiskinan, ternyata juga berpengaruh pada kesehatan
penduduk. Kemiskinan akan berdampak pada kesehatan. Penduduk miskin cenderung
memiliki pola hidup kurang bersih dan tidak sehat. Kondisi hidup yang
memprihatinkan mengharuskan penduduk miskin bekerja keras melebihi standar
kerja penduduk yang lebih mampu, sehingga mengesampingkan aspek kesehatannya.
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
secara layak berdampak pada kesehatan mereka. Ketidakmampuan dalam memenuhi
kebutuhan pangan secara sehat dab bergizi berdampak pada rendahnya gizi.
Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan perumahan mengharuskan mereka tinggal
di kolong jembatan, bantaran sungai, atau rumah seadanya, sehingga kebutuhan
akan sanitasi air bersih juga tidak terpenuhi. Ketidakmampuan dalam memenuhi
pakaian secara layak berdampak pada kesehatan kulit dan organ-organ tubuh
lainnya.
Usaha
pemerintah untuk meningkatkan taraf kesehatan, antara lain sebagai berikut :
a. Memperbanyak
sarana kesehatan dengan membangun pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta
unit pelayanan kesehatan yang lain.
b. Memperbanyak
produksi obat-obatan sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan dengan harga
yang terjangkau.
c. Mengadakan
penyuluhan tentang gizi dan arti penting kesehatan.
d. Mendistribusikan
peralatan kesehatan di rumah sakit daerah.
e. Penyediaan
pelayaan kesehatan gratis.
3.
Pengangguran
Rendahnya tingkat kesehatan penduduk dan
tingginya angka kekurangan gizi masyarakat, secara umum dapat berdampak pada
rendahnya daya pikir dan kemampuan kerja penduduk. Oleh sebab itulah pada
sebagian besar negara-negara berkembang dan negara-negara miskin, kualitas
SDMnya masih rendah, baik dalam pengetahuan maupun ketrampilan. Hal itulah yang
menjadi salah satu penyebab tingginya angka pengangguran. Karena pada umumnya
penduduk-penduduk tersebut sulit tertampung di dunia kerja.
Untuk menanggulangi masalah pengangguran
diperlukan dua usaha penanggulangan, yakni usaha perbaikan kualitas SDM dan
penciptaan lapangan kerja. Adapun usaha-usaha tersebut antara lain :
a. Peningkatan ketrampilan kerja masyrakat
b. Pembentukan Tenaga Kerja Muda Mandiri Profesional (TKMMP)
c. Pelaksanaan padat karya
d. Penciptaan iklim usaha dan investasi yang kondusif
Diskusi
Untuk menambah pemahaman kalian,
lakukan pengamatan terhadap pola kehidupan di daerah kolong jembatan
Cilincing. Aktivitas apakah yang menurut kalian mendukung terbentuknya
keteraturan sosial dan aktivitas apakah yang menurut kalian mendukung
terbentuknya penyimpangan sosial ? kemukakan alasan kalian ? kemukakan
pendapat kalian dalam diskusi di depan kelas.
|
Deskripsikanlah dengan kata-kata kalian sendiri pengertian tentang
perilaku menyimpang. Presentasikan dalam diskusi di kelas.
Jawab
......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

III. Tugas Kelompok
Buatlah kliping mengenai kehidupan
di kolong jembatan Cilincing dilahat dari ekonomi, perilaku yang menyimpang
serta pencegahannya serta sikap bijak menghadapi perilaku menyimpang tersebut
!
|
F
Ayo Belajar
Aspek: Kognitif
A.
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d dengan
jawaban yang benar !
1.
Pernyataan berikut yang bukan merupakan faktor penyebab
terjadinya penyimpangan sosial adalah ....
a.
Sosialisasi tidak sempurna
b.
Berganti kewarganegaraan
c.
Krisis dalam rumah tangga
d.
Kesengsaraan berkepanjangan
2.
Sikap tidak membenci, membimbing, ramah dan bersahabat
terhadap pelaku penyimpangan sosial termasuk contoh sikap ....
a.
simpati
b.
antipati
c.
toleransi
d.
pencegahan
3.
Tindakan guru yang
diambil terhadap siswa yang menyontek pada saat ulangan adalah....
a.
Membiarkannya
b.
Memberi kebebasan sebagai HAM
c.
Tidak menyukai dan membencinya
d.
Bersikap netral dan tidak memberi nilai
4.
Sikap orang tua terhadap anaknya yang dapat mencegah
terhadap perilaku anaknya yang suka melakukan perkelahian antar sekolah adalah
....
a.
mengekang anak
b.
mendukung dan membelanya
c.
memenuhi segala keinginannya
d.
memberi perhatian dan menasehati
5.
Penyimpangan sosial yang biasanya langsung dikaitkan
dengan kondisi ekonomi masyarakat yang memprihatinkan adalah ....
a.
kelainan seksual
b.
perzinahan
c.
pemerkosaan
d.
pelacuran
6. Di
lingkungan masyarakat yang sebagian warganya suka berjudi maka perjudian
dianggap bukan merupakan bentuk penyimpangan. Hal ini merupakan contoh pola
kehidupan ....
a. tidak
sempurna
b. minoritas
c. subkebudayaan
menyimpang
d. dominan
7. Penyimpangan
sosial bersifat.....
a. adaftif
b. kompulsif
c. kondusif
d. kompetitif
8. Salah
satu contoh penyimpangan dalam bentuk konsumsi yang berlebih adalah....
a. melakukan
perzinahan
b. ancaman
disertai perampasan
c. pembunuhan
berantai
d. kecanduan
narkotika
9. Dengan
alasan demi solidaritas kelompok, seseorang anak ikut-ikutan membolos sekolah.
Penyimpangan sekolah ini disebabkan oleh faktor.....
a. kebutuhan
kelompok
b. disorganisasi
keluarga
c. pemenuhan
tujuan kelompok sosial
d. teman
bermain
10. Perilaku
menyimpang yang dilakukan beberapa induvidu bisa menjadi awal terbentuknya....
a. komunitas
baru
b. pola
perilaku khas
c. norma
baru
d. pencampuran
kebudayaan
B.
Jawablah Pertanyaan berikut dengan baik dan benar
1. Apakah
yang dimaksud dengan perilaku menyimpang ?
2. Bagaimanakah
ciri-ciri penyimpangan sosial ?
3. Sebutkan
media pembentukan penyimpangan sosial ?
4. Upaya
apakah yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah terjadinya penyimpangan
sosial ?
5. Bagaimanakah
sikap kita untuk mencegah perilaku penyimpangan sosial !
Study kasus
!
Mengamen di lampu merah merupakan salah satu bentuk
penyimpangan sosial akibat dari kehidupan ekonomi keluarga yang kurang. Coba
diskusikan dengan kelompok kalian apakah mengamen termasuk penyimpangan positif
ataukah negatif. Apa alasanmu ?
Jawaban :
..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Komentar Guru
|
Nilai
|
Tanggal dan paraf guru
|
|
|
|
Skor
1.
Pilihan Ganda betul x 1 (5 x 1) = 5
2.
Essay Betul x 2 (5 x 2 ) = 10
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1986. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Tri Ratna.
Hafid, Mamat dkk. 1997.Sosiologi 1
dan 2. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hasan Shadily.1983.Sosiologi untuk masyarakat Indonesia.Jakarta:Bina
Aksara.
Sri Sudarmi,2008. Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu.Solo:Tiga
Serangkai.
Sardiman AM, dkk.2006. Khazannah
Ilmu Pengetahuan Sosial.Solo: Tiga Serangkai.
________________.2004. Pengetahuan Sosial: Materi Pelatihan
Terintegrasi. Jakarta: Direktorat PLP Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
Soekanto, Soerjono.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar