Sabtu, 07 April 2012

belajar


1. Pengertian      Belajar
Belajar merupakan kegiatan sikap manusia berakal. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang akan terbentuk dan berkembang melalui proses belajar. Oleh karena itu, seseorang dikatakan belajar bila dalam dirinya terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dapat diamati dan berlangsung dalam waktu relatif lama. Perubahan tingkah laku ini harus disertai usaha, karena tanpa usaha tidak dapat dikatakan belajar. Dengan demikian adanya belajar ini akan menghasilkan hasil belajar.
Ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan belajar seperti berikut “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara – cara bertingkah laku yang baru berkat usaha, pengalaman, dan latihan.”
Sedangkan menurut Fontana belajar adalah proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil deri pengalaman.
            Menurut Johnson & Johnson yang dikutip oleh Anita Lie “Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing – masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar dapat ditunjukan dengan adanya perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari latihan, pengalaman, dan interaksi sosial yang dilakukan.
2.      Hasil Belajar
Menurut Gagne : “Perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama satu masa waktu dan tidak semata – mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan itu terbentuk perubahan tingkah laku, hal itu dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah laku yang diperoleh setelah belajar.”
Benyamin S. Bloom dkk seperti yang dikutip oleh Muchlisin Lubis: “Bahwa hasil belajar dibagi atau dikelompokkan menjadi 3 (tiga) ranah yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.”
Ranah kognitif adalah berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas 6 aspek.”
a)      Mengetahui           : Kemampuan untuk mengingat apa yang sudah
                              dipelajari.
b)      Memahami : Kemampuan untuk menangkap makna yang
                              dipelajari.
c)      Menetapkan           : Kemampuan untuk menggunakan hal yang telah
                              dipelajari kedalam situasi baru yang konkrit.
d)     Menganalisis          : Kemampuan untuk merinci hal yang dipelajari
                              kedalam hal unsur – unsurnya agar struktur
                              organisasinya dapat dimengerti.
e)      Mensintesis            : Kemampuan untuk mengumpulkan bagian –
                              bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang
                              baru.
f)       Mengevaluasi        : Kemampuan untuk menentukan nilai suatu yang
                             dipelajari untuk suatu tertentu.
“Hasil belajar afektif ada lima tingkatan seperti juga kognitif lebih menekankan kepada fungsi otak dalam mengolah informasi maka afektif lebih menekankan dirinya. Pada pengembangan fungsi perasaan dan sikap.”
Jika kita lihat penjelasan tersebut, maka ranah afektif sangat berhubungan dengan hasil belajar sesorang. Karena perasaan seseorang berperan penting pada kesiapan seseorang dalam menerima materi pelajaran. Sikap merupakan kecenderungan untuk merespon sesuatu terhadap stimulus. Respon tersebut dapat positif (menerima) atau pula negatif (menolak).
“Ranah psikomotorik adalah berkenaan dengan hasil belajar yang tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkah laku yang dimiliki oleh setiap individu sebagai akibat dari proses belajar yang telah ditempuhnya. Hasil belajar yang dimaksud berupa perkembangan dari sikap dan kepribadian peserta didik sekaligus yang menjadi tujuan pengajaran.
3.      Aktivitas Peserta didik
Aktivitas peserta didik adalah keterlibatan peserta didik dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas peserta didik, yaitu menigkatnya jumlah peserta didik yang terlibat aktif belajar, Menigkatnya jumlah peserta didik yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah peserta didik yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.
Indikator aktivitas peserta didik dapat dilihat dari : Pertama, mayoritas peserta didik beraktivitas dalam pembelajaran; Kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan peserta didik; Ketiga, mayoritas peserta didik mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKA melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD.
4.      Motivasi Belajar
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita – cita atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibuthkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi. Terdapat 2 faktor yang memuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu : Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupa. Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat mempengaruhi psikologi orang yang bersangkutan.
5.      Percaya Diri
Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakit”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakni, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, pontesi aktual, prsetasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Untuk menumbuhkan percaya diri yang proposional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar